ga ada yang gak mungkin di dunia ini......

Minggu, 16 Januari 2011

TELAAH DATA KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIP


Objektip. Indonesia sudah lama mengalami masalah ketenagakerjaan, yang disebabkan oleh
tidak terserapnya sebagian besar angkatan kerja yang tumbuh cepat dan besar jumlahnya.
Bahkan dalam masa pertumbuhan ekonomi yang pesat, ketenagakerjaan terlihat tidak banyak
membaik. Sebaliknya kondisinya menjadi lebih buruk karena krisis ekonomi yang meluas ke
penurunan kualitas pendidikan, kesehatan dan tingkat kehidupan pada umumnya. Penyusunan
kebijakan untuk memecahkan persoan ini memerlukan data ketenagakerjaan yang cukup. Dengan
keterbatasan sumber daya, langkah yang paling tepat adalah menganalisa data yang ada seluasluasnya,
sebelum data baru dikumpulkan. Laporan ini memuat telaah dan evaluasi secara ringkas
semua data ketenagakerjaan yang ada. Sumber data utama diidentifikasi dan dibahas, terutama
mengenai metodologi, cakupan dan jenis data yang dikumpulkan. Disamping itu dikemukakan
kekuatan dan kelemahan data, serta konsistensi data antar sumber. Terakhir dibicarakan jenis
data yang diperlukan untuk penyusunan kebijakan ketenagakerjaan.
Sumber Data ketenagakerjaan. Sumber data ketenagakerjaan bisa diklasifikasi menjadi lima
kategori. Pertama, dibedakan dua kategori; survei sewaktu dan survei reguler. Survei sewaktu
terutama dilakukan untuk menangkap besarnya dampak krisis ekonomi. Survei reguler menurut
unit pencacahannya dibedakan lagi menjadi tiga kategori: survei rumahtangga, establishmen dan
komunitas. Ketiga survei ini, berturut-turut unit pencacahannya adalah rumahtangga dan
anggotanya, establishmen dan daerah administrasi terbawah. Sumber data lain adalah sensus
pertanian yang mencacah keduanya, rumahtangga dan establishmen yang mempunyai usaha
pertanian. Disamping data survei, Departemen Tenaga Kerja menyimpan catatan administrasi
tentang lowongan pekerjaan, pencari kerja, pekerja asing dan tenagakerja Indonesia diluar negeri.
BPS melaksanakan beberapa survei rumahtangga untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan,
yang mencakup survei khusus ketenagakerjaan dan survei multi-guna. Besarnya survei, daerah
yang dicakup dan jenis informasi yang dikumpulkan berbeda sesuai objektipnya. Tetapi semuanya
memakai “labor force approach” dan mengumpulkan data ketenagakerjaan dengan stuktur dasar
yang sama. Termasuk disini Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus (Supas),
Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), dan Survei Seratus Desa (SSD).
Sensus Penduduk dilaksanakan setiap sepuluh tahun untuk mengumpulkan informasi umum
kependudukan dengan satu blok difokuskan pada ketenagakerjaan. Semua informasi untuk bisa
mengukur besaran dan struktur angkatan kerja dan kesempatan kerja dicakup dalam sensus.
Antara tahun-tahun sensus dilaksanakan Supas untuk memenuhi kebutuhan data lima tahunan.
Untuk menjaga keterbandingan data dengan sensus, Supas menggunakan pertanyaan yang sama
dengan sensus sample. Yang dirancang khusus untuk pengumpulan data ketenagakerjaan adalah
Sakernas. Mulai tahun 1994 Sakernas dilakukan tahunan dengan pertanyaan yang lebih
rinci.Tetapi dalam tahun 1999 besarnya sample dikurangi sehingga hanya bisa menghasilkan
informasi rinci untuk tingkat nasional. Data ketenagakerjaan juga dikumpulkan dalam survei
multi-guna Susenas. Survei rumahtangga satu lagi yang mengumpulkan data ketenagakerjaan
adalah SSD yang mempunyai tujuan utama menggambarkan tipologi desa di Indonesia.
BPS melaksanakan beberapa survei establishmen yang mengandung data ketenagakerjaan dalam
kaitannya dengan informasi utama. Disini hanya data kelompok pekerja yang dicakup. Survei
terbesar adalah Sensus Ekonomi (SE) yang mengumpulkan data dari semua establishmen nonpertanian.
Dalam SE semua establishmen berbadan hukum diorganisir dalam suatu direktori yang
diperbarui setiap tahun menggunakan data sekonder dan sekali sepuluh tahun dilakukan
pencacahan lengkap untuk dipakai sebagai “benchmark”. Establishmen tidak berbadan hukum
didaftar dengan memakai daftar pertanyaan sama dengan yang digunakan untuk establishmen
berbadan hukum. Daftar establishmen tidak berbadan hukum ini dipakai sebagai kerangka sample
untuk survei berikutnya. Sebagai bagian dari SE, survei establishmen kecil dan rumahtangga
(SUSI) telah dilaksanakan pada tahun 1998 sebagai survei terintegrasi mencacah establishmen
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 3
yang dipilih dari kerangka sample tersebut. Data yang sebelumnya dikumpulkan sendiri-sendiri,
seperti dalam STKU dan SKKR, diintegrasikan dalam SUSI. Data ketenagakerjaan dalam SUSI
dirinci menurut jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan, pekerja dibayar/tidak dibayar dan
kelompok pendapatan.
Disamping SUSI dan direktori, tiga survei establismen lain dilakukan untuk mengumpulkan
informasi dari perusahaan industri besar dan menengah (SIBS), hotel (SH) dan upah (SU). SIBS
dilaksanakan setiap tahun. Sebagai bagian dari data ongkos produksi, dikumpulkan rincian upah
pekerja dan satu blok terpisah digunakan untuk mengumpulkan data pekerja menurut jenis
kalamin, pendidikan dan jenis pekerjaan. SH dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama untuk
“stock taking” dan tahap kedua untuk mengetahui tingkat penghunian kamar. “Stock taking”
dilakukan setiap tahun untuk hotel berbintang dan tidak berbintang serta dirancang untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk memperbarui direktori. Data pekerja dirinci
menurut kategori dibayar/tidak dibayar, Indonesia/asing, serta menurut jenis dan tingkat
pendidikan. Data pekerja tidak dikumpulkan dalam survei tingkat penghunian kamar. Survei
Upah pekerja dilaksanakan setiap triwulan khusus mengumpulkan data upah pekerja dari
establishmen besar dan menengah dari beberapa sektor ekonomi di beberapa propinsi. Dalam
tahun 1992 survei ini disederhanakan hanya untuk mengumpulkan rata-rata dan median upah
pekerja dibawah mandor yang dirinci menurut besarnya usaha, jenis kelamin, sub-sektor ekonomi
dan status modal (asing, domestik atau pemerintah)
Untuk menangkap variasi sub-sektor pertanian yang memproduksi berbagai komoditas berbeda,
Sensus Pertanian diorganisir dalam beberapa survei terpisah, yang bisa dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu pencacahan lengkap untuk establishmen dan pencacahan sample untuk
rumahtangga. Sensus terpisah juga dilaksanakan untuk establishmen yang berusaha diberbagai
sub-sektor pertanian untuk mengumpulkan data kelompok pekerja dan struktur ongkos.
Disamping itu sejumlah sensus sample dilakukan untuk mencacah rumahtangga yang mempunyai
kegiatan pertanian yang berbeda, juga untuk mengumpulkan data pendapatan dan pengeluaran
rumahtangga.
Sejauh ini BPS hanya melaksanakan dua survei komunitas, yaitu Survei Potensi Desa (Podes) dan
Survei Kecamatan (SK). Podes dilaksanakan secara reguler sebagai bagian dari aktivitas
pengumpulan data nasional (seperti sensus dan Supas) untuk mengumpulkan data sosial-ekonomi
dari semua desa. Informasi yang berhubungan dengan ketenagakerjaan terbatas pada persentase
rumahtangga yang berusaha diberbagai sektor ekonomi. SK hanya dilakukan sekali pada
September 1998 di semua kecamatan di Indonesia untuk memberi gambaran tentang luas dan
dalamnya dampak krisis ekonomi, termasuk masalah ketenagakerjaan. BPS juga melakukan
Survei Dampak Krisis (SDK), yang mencakup data mengenai migran kembali, ongkos produksi,
pemutusan hubungan kerja, informal sektor dan bisnis eceran di urban, serta biaya hidup. Survei
ini dilaksanakan hanya di kabupaten dan kotamadya terpilih yang diduga menderita dampak
krisis terparah.
Sumber data lain adalah catatan administrasi Departemen Tenaga Kerja (Depnaker). Cakupan
data meliputi lowongan kerja, pencari kerja, peserta program “public works”, program pelatihan,
pekerja asing di Indonesia dan pekerja Indonesia diluar negeri. Informasi tentang kesempatan
kerja dari program khusus lainnya juga tersedia di Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Tetapi
cakupannya kecil dan dokumen catatannya tidak pernah diproses menjadi data statistik.
Kekuatan dan Kelemahan. Survei establishmen, komunitas dan rumahtangga punya ciri yang
berbeda sehingga kekuatan dan kelemahannyapun berbeda. Survei establishmen hanya punya
data kelompok perkerja, tetapi informasi ini bisa dikaitkan dengan data biaya, modal dan
produksi. Kekuatan lain adalah data establishmen dapat dipakai untuk klasifikasi kesempatan
kerja dan jenis pekerjaan dalam sub-sektor yang lebih rinci. Dengan menggunakan klasifikasi
sub-sektoral dari survei ini, data survei rumahtangga dapat diklasifikasi dalam sub-sektoral yang
lebih rinci.
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 4
Informasi rinci tentang individu serta informasi umum mengenai establishmen tempat kerja dan
rumahtangga pekerja tersedia dari survei rumahtangga. Kualitas data tergantung dari besarnya
sample, objektip dan metodologi yang dipakai. Besar sample meningkatkan kualitas data, tetapi
kompleksitas survei menurunkan kualitas data. Informasi yang sangat luas yang dikumpulkan
dalam Susenas memungkinkan dilakukannya berbagai analisa hubungan antar berbagai jenis data.
Kekuatan lain dari survei besar adalah dimungkinkannya mengeluarkan data untuk daerah
administrasi terbawah.
Kelemahan serious dari kedua jenis survei adalah tidak dimungkinkannya perbandingan jangka
pendek. Dengan menjaga konsistensi daftar pertanyaan, metodologi dan pekerjaan lapangan akan
meningkatkan kejakinan untuk dilakukannya analisa seri waktu. Tetapi kontinuitas dan
konsistensi dalam pelaksanaan survei bisa menghalangi langkah yang perlu untuk memperbaiki
kelemahan yang ada. Karena itu perlu diserasikan antara menjaga konsistensi tetapi berrisiko
salah intepretasi data atau memperbaiki daftar pertanyaan untuk memperoleh data lebih akurat.
Data survei komunitas berguna untuk memberikan gambaran indikatip daerah adminmistrasi
terbawah hanya jika perbedaannya dengan survei establishmen dan rumahtangga tidak terlalu
besar. Karena itu konsep, definisi dan kategorisasi jawaban harus dijaga sedekat mungkin dengan
kedua survei tersebut. Yang terakhir catatan administrasi berguna dan perlu untuk memberikan
indikator dini tentang aspek khusus dari pasar kerja modern. Walaupun data tidak lengkap
indikator parsial tersebut masih ada gunanya. Dimasa depan harus lebih banyak statistik
didasarkan pada catatan administrasi.
Konsistensi Data. Data ketenagakerjaan dari berbagai sumber umumnya kurang bisa
dibandingkan, karena tidak ada kebenaran mutlak dalam angka statistik. Kebenaran statistik
relatip tergantung dari berbagai hal dalam pelaksanaan survei. Usaha yang dilakukan sejauh ini
untuk mencari angka yang benar dengan merubah pertanyaan dan daftar pertanyaan tidak banyak
memberi hasil. Malahan hanya menyebabkan fluktuasi data ketenagakerjaan yang tidak bisa
diterangkan. Kita percaya bahwa pembuat kebijakan dan pengguna data pada umumnya akan
memperoleh manfaat lebih besar dari data yang konsisten dan secara seri bisa dibandingkan.
Terutama jika datanya berasal dari sumber yang sama.
Perbandingan data dari sumber berbeda lebih bermasalah. Informasi ketenagakerjaan dari survei
rumahtangga dan survei establishmen tidak dapat dipasangkan karena tiga macam alasan. Pertama
responden dalam survei establishmen bisa tercatat lebih dari sekali kalau dia bekerja di lebih dari
satu establishmen, sedangkan di survei rumahtangga dia dianggap hanya sebagai pekerja di
pekerjaan utama. Kedua, responden yang bekerja pada bukan estab;ishmen tidak tertangkap di
survei establishmen, tetapi dalam survei rumahatangga tercakup. Ketiga, definisi bekerja berbeda
dalam kedua survei. Data sektoral juga berbeda karena dalam survei establishmen sektornya
sudah ditentukan sebelumnya sesuai produk/output produksi, sedangkan di survei rumahtangga
sektor tergantung dari jawaban responden.
Statistik Ketenagakerjaan yang diperlukan. Suatu ironi bahwa ekonomi yang sedang
berkembang dengan sumber dana terbatas memerlukan statistik lebih banyak dari ekonomi maju
untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan. Karena itu diperlukan keseimbangan antara kebutuhan
data dan ketersediaan sumber daya. Data harus diseleksi secara cermat untuk melayani kebutuhan
urgen dan mendesak. Penyediaan data harus dilakukan secara effisien untuk menghasilkan
statistik terbaik dan sahih untuk secara optimal dapat memenuhi kebutuhan.
Penyediaan kesempatan kerja sejak lama menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi
Indonesia. Data diperlukan untuk mengamati perubahan dan struktur ketenagakerjaan dalam 30
tahun terakhir pembanguan ekonomi Indonesia, dan sekarang untuk memantau dampak krisis
ekonomi. Sering disarankan bahwa pemulihan ekonomi harus bisa menciptakan kesempatan
kerja sebanyak-banyaknya, sedangkan perkembangan dimasa depan harus berlandaskan kuat
pada sumber daya sendiri. Karena itu data harus mendukung kebutuhan untuk memantau
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 5
perubahan struktur ketenagakerjaan. Disamping itu, terutama selama krisis dan pemulihan
ekonomi, statistik ketenagakerjaan diperlukan untuk merefleksikan fluktuasi jangka pendek.
Selama krisis ekonomi di Indonesia tidak terbantah lagi bahwa sektor informal punya peranan
penting dalam meredam dampak krisis. Banyak orang menekankan kembali peranan penting
sektor informal dalam memberi kesempatan kerja pada angkatan kerja yang sangat berlebih.
Diperkirakan dimasa depan, sektor informal akan makin berperanan untuk jangka waktu panjang
karena keadaan ekonomi yang diperparah oleh krisis. Karena itu data sektor informal harus terus
diperbaiki dan dikembangkan.
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 6
DAFTAR SINGKATAN
DPBH Direktori Perusahaan Berbadan Hukum
BPS Badan Pusat Statistik (Statistics-Indonesia)
CDS Community Data Survey
Depnaker Departemen Tenaga Kerja
DPU Departmen Pekerjaan Umum
PDB Produk Domestik Bruto
ILO International Labor Office
ISIC International Standard Industrial Classification
Podes Survei Potensi Desa
SBE Survei Bisnis Eceran
Sakernas Survai Angkatan Kerja Nasional
SDK Survei Dampak Krisis
SE Sensus Ekonomi
SKERM Studi Ketahanan Ekonomi Rumahtangga Migran
SI Statistics-Indonesia
SIBS Survei Industri Besar-Sedang
SIVD Studi Identifikasi Variabel Desa
SK Survei Kecamatan
SKKR Survei Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga
SOURT Survei Struktur Ongkos Usaha Rumahtangga Pertanian
SP Sensus Penduduk
SSD Survei Seratus Desa
SSPR Sensus Sampel Perkebunan Rakyat
SSPRT Sensus Sampel Pendapatan Rumahtangga Pertanian
StRDC Statistical Research and Development Center
ST Sensus Pertanian
STKU Survei Triwulanan Kegiatan Usaha
SUB Survei Upah Buruh
SSIU Studi Sektor Informal diUrban
Supas Survey Penduduk Antar Sensus
SUPH Sensus Perusahaan Palawija dan Hortikultura
Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional
SUSI Survei Usaha Kecil dan Rumahtangga Terintegrasi
SUTBK Sensus Perusahaan Ternak Besar/Kecil
UN United Nations
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 7
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
DAFTAR SINGKATAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
II. SUMBER DATA KETENAGAKERJAAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
A. Survei Rumahtangga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
1. Sensus Penduduk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
2. Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) . . . . . . . . . . . . . 13
3. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) . . . . . . . . 14
4. Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas) . . . . . . . . . . 15
5. Survei Seratus Desa (SSD) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
B. Survei Establishmen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
1. Sensus Ekonomi (SE) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2. Direktori Establishmen Berbadan Hukum (DPBH) . . . 19
3. Survei Triwulanan Kegiatan Usaha (STKU) . . . . . . . . . 20
4. Surve Industri Kecil dan Rumahtangga (SKKR) . . . . . 20
5. Survei Usaha Kecil dan Rumahtangga Terintegrasi (SUSI)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
6. Survei Industri Besar/Sedang (SIBS) . . . . . . . . . . . . . . . 21
7. Survei Hotel (SH) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
8. Survei Upah Buruh (SUB) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
C. Sensus Pertanian (ST) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
D. Survei Data Komunitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
1. Survei Potensi Desa (Podes) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
2. Survei Kecamatan (SK) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
E. Survei Sewaktu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
F. Catatan Administrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
III. KEKUATAN DAN KELEMAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
A. Survei Establishmen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
B. Survei Rumahtangga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
C. Survei Data Komunitas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
IV. KONSISTENSI DATA ANTAR SUMBER . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
A. Instabilitas Statistik Ketenagakerjaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
B. Perbandingan Survei Establishmen dan Rumahtangga . . . . . 30
C. Perbandingan Data Survei Rumahtangga dan Komunitas . . 31
V. STATISTIK KETENAGAKERJAAN YANG DIPERLUKAN . . . . 32
A. Pengukuran Perubahan Struktur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
B. Mengukur Fluktuasi Jangka Pendek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
C. Sektor Informal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
D. Implikasi Otonomi Regional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 8
I. PENDAHULUAN
Surplus tenaga kerja sudah lama menjadi masalah serious dalam pembangunan ekonomi
Indonesia. Lebih dari 200 juta penduduk Indonesia yang berkembang pesat menghasilkan
angkatan kerja yang berjumlah besar dan tumbuh cepat. Karena itu sejumlah besar angkatan
kerja tidak terserap dalam ekonomi Indonesia. Kelebihan pasokan tenaga kerja dalam jumlah
besar ini menimbulkan masalah ketenagakerjaan yang serious dan tersebar luas. Dampak utama
adalah meledaknya sektor informal dan setengah pengangguran, sehingga intensitas dan
produktivitas pekerja rendah yang menyebabkan penghasilan pekerja sangat kecil. Akibatnya
tingkat hidup sebagian besar penduduk masih sangat rendah, malahan sejumlah besar penduduk
masih hidup dalam kemiskinan.
Perencana, pembuat kebijakan dan pengamat ekonomi Indonesia menaruh perhatian besar
pada masalah ini. Pengangguran, setengah pengangguran dan rendahnya tingkat hidup sudah
lama menjadi masalah serious dan tidak pernah berkurang selama 40 tahun pembangunan
ekonomi Indonesia. Bahkan selama kurun waktu “Keajaiban Ekonomi” (ekonomi tumbuh cepat
dalam tahun sembilan-puluhan) struktur ekonomi yang timpang tidak banyak membaik.Untuk
masukan bagai perencana dan pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah ketenagakerjaan,
pengumpulan data ketenagakerjaan telah dilakukan secara ekstensip sejak tahun 1961.
Krisis ekonomi telah memperparah kondisi ketenagakerjaan. Pertama kali krisis ekonomi
menyebabkan menurunnya kesempatan kerja dan pendapatan pekerja, kemudian meluas ke
penurunan kualitas pendidikan, kesehatan dan tingkat hidup pada umumnya. Pengambil
kebijakan memberi prioritas utama untuk mengatasi dampak krisis. Karena itu kebutuhan data
menjadi lebih banyak dan lebih bervariasi, terutama diperlukan data yang memungkinkan
pengukuran masalah ketenagakerjaan lebih akurat dan untuk pemantauan dampak krisis dan hasil
pemulihannya.
Laporan ini mencoba menelaah dan melakukan evaluasi ringkas terhadap data
ketenagakerjaan yang ada. Sumber data utama dikenali dan dibahas terutama mengenai
metodologi, cakupan dan jenis data yang dikumpulkan. Kekuatan, kelemahan dan konsistensi data
antar sumber dianalisis. Sebagai referensi semua “issues” penting diringkaskan dalam Table 1.
Terakhir disampaikan jenis data yang kini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan penyusunan
kebijakan ketenagakerjaan.
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 9
Tabel 1
Sumber Data Ketenagakerjaan di Indonesia dan Ciri Utamanya
No.
Sumber Institusi Frekuensi Mulai Cakupan
Daerah
Besar Sampel Ketersediaan Cakupan Subjek Keunggulan Keterbatasan
A Survei Rumahtangga
1 Sensus Penduduk (SP) BPS Sepuluh tahunan 1961 Semua kab &
kodya
4-5% dari RT 6-18 bulan Struktur pen duduk & TK Taksiran kabupaten /kodya,
analisa luas ttg struktur
ketenagakerjaan
Inkonsistensi utk analisa seri
waktu
Tidak terban ding dgn sum ber
lain
2 Survei Penduduk Antar-
Sensus (SUPAS)
BPS Sepuluh tahunan 1976 Data agregat utk
kab & kod ya
207.000 RT 6-12 bulan Struktur pen duduk & TK Analisa luas ttg struktur
tenagakerja, jender,
pendidikan.Keterbandinga n dgn
sensus
Tidak terban ding dgn sum ber
lain
3 Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS)
BPS Triwulanan, tengah
tahunan, tahunan
mulai 1994
1963 Pertanyaan inti
utk semua kab
200.000 RT 6-12 bulan Struktur ten aga kerja & pengeluaran,
serta upah/gaji pekerja
Analisa luas ttg ketenagakerjaan
dgn dat a sosial-budaya
Tidak terban ding dgn sum ber
lain, inkonsistensi utk analisa
seri waktu
4 Survei Angkatan Kerja
Nasional (SAKERNAS)
BPS Triwulanan &
tahunan mulai 1994
1976 Semua propinsi 35.000 RT 6-12 bulan Struktur tenagakerja &
pemantauan dampak krisis di
bidang ketenagakerjaan
Survei ketenagakerjaan
dirancang khusus
Struktur pertanyaan kurang
konsisten, tidak terbanding
dgn sumber lain.
5 Survei Seratus Desa (SSD) BPS Triwulanan 1994 Desa tipikal
terpilih
12.000 RT 3-6 bulan Indikator kesejahteraan desa Taksiran tingkat desa Tidak dapat dikaitk an dgn
sumber lain
B Survei Establishmen
1 Sensus Ekonomi (SE) BPS Tahunan 1976 Semua wilayah
nasional
Semua establismen 1 tahun Direktori establishmen berbadan
hukum & kerangka sampel utk
establishmen non-badan hukum
Multi-sektor & sub-sektor rinci Keterbatasan data ketenagakerjaan
pd pekerja dibayar/tak
dibayar
2 Direktori Esta blishmen
Berbadan Hukum (DEBH)
BPS Diperbarui tahunan 1996 Semua wilayah
nasional
Semua establismen
berbadan hukum
Perbaikan
bertahap
Direktori establishmen berbadan
hukum terkini
Multi-sektor & sub-sektor rinci Keterbatasan data ketenagakerjaan
pd pekerja dibayar/tak
dibayar
3 Survei Industri Besar dan
Sedang (SIBS)
BPS Tahunan 1975 Semua wilayah Semua Industri B/S
berbadan Hukum
1,5-2 tahun Struktur biaya, output, ka pital &
investasi
Mencakup semua industri B/ S,
rincian sub-sektor, struktur
biaya & pekerja
Keterlambatan data, cakupan
terbatas
4 Survei Establishmen Kecil
dan R T Terintegrasi (SUSI)
BPS Triwulanan 1996 Semua wilayah 90.000 berbadan
hukum
6 bulan Struktur biaya, output, ka pital &
investasi
Semua sektor terpadu Keterlambatan data, cakupan
terbatas
5 Survei Hotel (SH) BPS Tahunan 1978 Semua wilayah Semua hotel 1 tahun Direktori hotel Mencakup s emua hotel Terbatas pd kelompok pekerja
6 Survei Upah Buruh (SUB) BPS Triwulanan 1980 Propinsi terpilih Sampel kecil dari
establishmen Besar
6 bulan Upah/gaji utk kelompok pekerja Data upah terbaik Hanya mencakup bbrp sektor
C Sensus Pertanian (ST) BPS Sepuluh tahunan 1973 Semua wilayah Sensus lengkap dari
establishmen &
Sampel RT
1-2,5 tahun Struktur pertanian Klasifikasi rinci jenis pekerjaan,
biaya pek erja & komp onennya
Periodisasi waktu yg panjang
D Survei Ad-Hoc
1 Survei Dampak Krisis
(SDK)
BPS Satu kali 1998 Bbrp propinsi Sampel kecil
establismen & RT
6-12 bulan Dampak krisis ekonomi Data sosial-ekonomi ekstensip
utk memantau dampak krisis
Tidak terban ding dgn sum ber
lain
Tidak ada data seri waktu
2 Survei Keca matan (SK) BPS Satu kali 1998 Semua kecamatan3992 kecamatan 3 bulan Penyebaran krisis Menunjukan penyebaran &
intensitas krisis sampai tingkat
kecamatan
Tidak terban ding dgn sum ber
lain
E Survei Data Komunitas
1 Survei Potensi Desa
(PODES)
BPS Setiap 2-3 tahun 1976 Semua desa Semua desa 12 bulan Multiguna Satu-satunya data komunitas
tingkat desa
Tidak terban ding dgn sum ber
lain
F Catatan Administrasi
1 Lowongan & Pencari
Kerja
Depnaker Bulanan bertahun2 Catatan lengkap bulanan Pemantauan & formulasi
kebijakan
Langsung digunakan utk
kebijakan
Cakupan terbatas, tidak
diproses
2 Kesempatan Kerja dari
Proyek Pad at Karya
Depnaker/PU Tahunan bertahun2 Catatan lengkap Pemantauan & formulasi
kebijakan
Langsung digunakan utk
kebijakan
Cakupan terbatas, tidak
diproses
3 Pekerja Asing di Indonesia Depnaker Bulanan bertahun2 Catatan lengkap Pemantauan & formulasi
kebijakan
Langsung digunakan utk
kebijakan
Cakupan terbatas, tidak
diproses
4 Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri
Depnaker Bulanan bertahun2 Catatan lengkap Pemantauan & formulasi
kebijakan
Langsung digunakan utk
kebijakan
Cakupan terbatas, tidak
diproses
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 10
II. SUMBER DATA KETENAGAKERJAAN
Sumber data ketenagakerjaan dapat diklasifikasi menjadi lima kategori. Pertama kali
dibedakan survei sewaktu dan survei reguler yang dilakukan oleh BPS. Survei sewaktu khusus
dilakukan untuk menangkap dan memantau dampak sosial-ekonomi dari krisis untuk memberi
masukan pada usaha terpadu untuk meredam dampak krisis. Untuk maksud ini dua survei sudah
dilaksanakan, yaitu Survei Dampak Krisis(SDK) dan Survei Kecamatan (SK) pada tahun 1999.
Survei dan sensus reguler dibedakan menurut unit pencacahannya. Tiga kategori survei
sudah dilakukan, yaitu survei rumahtangga, establishmen dan komunitas. Survei rumahtangga
mencacah rumahtangga dan anggotanya. Sebagai responden adalah anggota rumahtangga. Karena
itu informasi rumah tangga dan anggotanya diperoleh langsung dari jawaban responden. Lima
survei rumahtangga sudah/pernah diadakan, yaitu Sensus Penduduk, Survei Penduduk Antar
Sensus, Survei Angkatan Kerja Nasional, Survei Sosial-Ekonomi Nasional dan Survei Seratus
Desa.
Survei establishmen menggunakan establishmen ekonomi sebagai unit pencacahan.
Respondennya biasanya diwakili oleh beberapa personnel yang ditugasi sebagai informan untuk
mengisi daftar pertanyaan.. Hanya informasi tentang establishmen dan ciri kelompok pekerja bisa
dicakup dalam survei, sedang informasi perorangan tentang pekerja tidak bisa diperoleh. Sebagai
contoh informasi jumlah perkerja menurut jenis kelamin, pendidikan dan pekerja tetap/sementara
tersedia. Ada beberapa survei establishmen sebagai sumber data ketenagakerjaan, yaitu Sensus
Ekonomi, Direktori Perusahaan Berbadan Hukum, Survei Industri Besar/Sedang, Survei
Establishmen Kecil dan Rumahtangga Terintegrasi, Survei Upah Buruh dan Survei Hotel.
Sama seperti dalam survei establishmen, data ketenagakerjaan dalam survei komunitas
dikumpulkan secara tidak langsung melalui informan. Informan ini memberi keterangan tentang
daerah administrasi terkecil tertentu (desa atau kecamatan) sebagai unit pencacahan. Karena itu
keterangan rinci rumahtangga dan perorangan tidak dapat dikumpulkan. Malahan data komunitas
terbatas pada informasi agregatip saja. Hanya satu survei komunitas yang diselenggarakan secara
reguler oleh BPS, yaitu Survei Potensi Desa. Survei komunitas lain, Survei Kecamatan dilakukan
oleh BPS hanya sekali.
Sensus Pertanian mencacah keduanya rumahtangga dan establishmen. Karena aktivitas
ekonomi sebagian besar penduduk disektor pertanian data dikumpulkan terutama dari
rumahtangga, hanya beberapa dikumpulkan dari establishmen. Dengan banyaknya sub-sektor dan
komoditas yang berbeda, pengumpulan data di sensus pertanian sangat kompleks. Lagi pula
aktivitas reguler rumahtangga harus dibedakan dan dipisahkan dari aktivitas ekonomi pertanian
untuk menunjang kehidupan. Hanya aktivitas ekonomi pertanian yang dicakup dalam sensus.
Pengumpulan data dari establishmen juga kompleks, tetapi lebih mudah dibanding dari
rumahtangga pertanian karena definisi establishmen pertanian lebih jelas dan jumlah establishmen
tidak terlalu banyak.
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 11
Sumber data ketenagakerjaan lainnya adalah catatan administrasi. Departemen Tenaga
Kerja (Depnaker) mencatat lowongan pekerjaan dan pencari kerja dalam usahanya untuk
menggerakkan pasar kerja. Depnaker juga mencatat kesempatan kerja yang diciptakan oleh
program pemerintah (program pekerjaan umum). Beberapa proyek ini dilaksanakan selama krisis
ekonomi untuk membantu mereka yang terparah terkena dampak krisis.
Semua sumber data tersebut secara rinci dibahas dalam bagian berikut.
A. Survei Rumahtangga
Termasuk disini survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan
dan survei yang mengumpulkan data ketenagakerjaan sebagai bagian/bersamaan dengan informasi
lain. Besar dan daerah cakupannya berbeda sesuai dengan tujuan survei. Dilihat dari jumlah
sample, survei yang dilakukan sebagai bagian dari sensus penduduk adalah yang terbesar
sehingga dimungkinkan dhasilkan informasi untuk daerah kecil. Survei lain yang lebih kecil
menghasilkan data rinci hanya untuk tingkat nasional sedang untuk tingkat propinsi kurang
terinci. Survei yang lebih kecil lagi hanya mengeluarkan informasi untuk daerah terpilih dan sama
sekali tidak dimaksudkan untuk estimasi nasional. Cakupan data yang dikumpulkan oleh berbagai
survei tersebut juga berbeda, tetapi semua memakai pendekatan “labor force” yang sama untuk
mengumpulkan data struktur dasar ketenagakerjaan. Berbagai survei termasuk disini adalah:
1. Sensus Penduduk (SP)
2. Survey Penduduk Antar Sensus (Supas)
3. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
4. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
5. Survey Seratus Desa (SSD)
1. Sensus Penduduk
Sensus Penduduk dilaksanakan setiap sepuluh tahun. Sampai sekarang telah
dilakukan empat sensus penduduk pada tahun 1961,1971, 1980 and 1990. Sensus Penduduk 2000
sekarang sedang berjalan. Empat sensus terdahulu mengumpulkan informasi kependudukan
umum yang memungkinkan dianalisa struktur dan permasalahan kependudukan. Ciri umum
sosial-ekonomi penduduk juga dikumpulkan. Sebagian informasi penting yang dikumpulkan
berkaitan dengan aktivitas ekonomi penduduk, yaitu mengenai angkatan kerja dan kesempatan
kerja. Disini digunakan pendekatan “labor force”dalam menstruktur pertanyaan. Tujuan utama
adalah memberikan data “benchmark” untuk angkatan kerja dan kesempatan kerja setiap sepuluh
tahun. Daftar pertanyaan tidak serinci seperti yang dipakai Sakernas dan Susenas, tetapi semua
pertanyaan penting yang diperlukan untuk analisa struktur angkatan kerja dan kesempatan kerja
dimasukkan dalam sensus.
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 12
Sebelum sensus tahun 2000, pengumpulan data dilakuklan dalam dua bagian, yaitu
pencacahan lengkap dan sample. Pencacahan lengkap mengumpulkan informasi dasar mengenai
struktur keluarga meliputi nama anggota rumahtangga, umur, jenis kelamin dan hubungan
keluarga dengan kepala rumahtangga. Tujuan utama adalah untuk menghasilkan informasi
kependudukan pokok untuk tingkat daerah administrasi terendah (desa). Disamping itu informasi
ini juga digunakan sebagai kerangka untuk pemilihan sample rumahtangga yang akan
diwawancarai dalam sensus sample, dimana pada setiap anggota rumahtangga diajukan
pertanyaan yang rinci disamping pertanyaan mengenai ciri rumah dan fasilitasnya. Kedua tahap
sensus dilaksanakan di semua propinsi. Pelaksanaan lapangan dari sensus lengkap dilakukan pada
bulan September-Oktober, sedangkan sample sensus pada bulan Oktober. Tanggal sensus adalah
31 Oktober tahun yang bersangkutan. Pada tahun 2000 referensi waktunya diubah ke bulan Juli
untuk bisa dibandingkan secara internasional, karena sebagian besar negara lain mengumpulkan
data kependudukan tengah tahun.
Data ketenagakerjaan dikumpulkan dalam “sensus sample”. Samplenya besar mencakup
sekitar 4-5 persen dari seluruh rumahtangga. Pada tahun 1990 mencakup sekitar 200.000
rumahtangga. Dengan sample yang demikian besar, sensus sample bisa menghasilkan data
agregasi untuk tingkat kabupaten/kotamadya. Sensus Penduduk merupakan satu-satunya sumber
data yang bisa memberikan data ketenagakerjaan untuk tingkat kabupaten/kotamadya. Tabulasi
dan klasifikasi lebih rinci hanya dapat dihasilkan untuk daerah administrasi lebih tinggi (propinsi
dan nasional). Tabulasinya dirancang untuk penduduk umur kerja, pekerja, pencari kerja dan ciriciri
segmen angkatan kerja, serta ciri sosial-ekonomi umum dari penduduk.
Sensus tahun 2000 merupakan kasus khusus yang dirancang untuk mendayagunakan dana
terbatas yang disediakan pemerintah dalam masa krisis ekonomi. Dana yang tersedia tidak cukup
untuk melaksanakan pengumpulan data dua tahap seperti dalam sensus sebelumnya. Untuk
mempertahankan objektip utama (menyediakan data untuk daerah terkecil) diperlukan
pencacahan lengkap seperti layaknya suatu sensus. Tetapi dananya tidak cukup untuk
melaksanakan sample sensus untuk mengumpulkan informasi rinci. Karena itu kedua tahap
dikompromikan dengan mengumpulkan informasi terpilih dari sensus sample dan dimasukkan
dalam pencacahan lengkap. Karena itu disamping informasi dasar tentang struktur keluarga,
pencacahan lengkap sensus 2000 memasukkan satu atau dua pertanyaa tentang fertilitas,
pendidikan, migrasi, dan ketenagakerjaan.
2. Survei Penduduk Antar Sensus (Supas)
Supas dilakukan secara berkala ditengah antara dua sensus. Tujuannya untuk
menghasilkan data kependudukan yang bisa dikaitkan dengan kedua sensus. Survei ini sampai
sekarang sudah dilakukan pada tahun 1976, 1985 dan 1995 dan akan tetap dipertahankan dimasa
depan karena Indonesia tidak mampu melakukan sensus setiap lima tahun. Sensus sepuluh
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 13
tahunan saja tidak dapat menangkap secara akurat struktur penduduk Indonesia yang berubah
cepat. Data yang lebih sering diperlukan untuk mengikuti penurunan pesat fertilitas dan
mortalitas, serta akselerasi migrasi karena program pemerintah yang intensip.
Walaupun sample Supas cukup besar, 207.000 rumahtangga pada tahun 1995 dan
125.400 pada tahun 1985, tetapi masih lebih kecil dari jumlah rumahtangga yang diwawancarai
dalam sensus sample. Walaupun demikian Supas masih bisa menghasilkan informasi untuk
daerah kecil setara dengan sensus sample.
Untuk menyesuaikan dengan sensus, pelaksanaan lapangan Supas dilakukan dalam bulan
September-Oktober. Daftar pertanyaan Supas juga sangat mirip dengan yang dipakai dalam
sensus sample. Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan Supas juga sama dengan yang di sensus,
sehingga bisa diukur setiap lima tahun struktur dan ciri kesempatan kerja dan angkatan kerja.
3. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Untuk pertama kali Sakernas dilaksanakan pada tahun 1976, dengan tujuan
khusus mengumpulkan data ketenagakerjaan. Survei ini awalnya dirancang untuk memperbaiki
kelemahan data ketenagakerjaan dalam sensus penduduk tahun 1971. Sakernas menggunakan
“labor force approach” murni dengan memakai dua referensi waktu “current” dan “usual”.
Karena “labor force approach” baru dipakai untuk pertama kali pada tahun itu, sebelum survei
dilaksanakan uji coba secara komprehensip oleh BPS bekerja sama dengan Depnaker dan ILO.
Surveinya kemudian dilakukan pada tahun 1977 dan 1978, dan dirancang untuk memperoleh seri
data yang dapat dikaitkan dengan data dari Sensus dan Supas. Sakernas sementara dihentikan
untuk beberapa tahun dan kemudian dilanjutkan setiap tahun sampai 1985.
Mulai tahun 1986 survei dilaksanakan triwulanan untuk menangkap fluktuasi musim
dalam ketenagakerjaan. Dengan ekonomi Indonesia yang masih didominasi kuat oleh sektor
pertanian, kondisi ketenagakerjaan diyakini akan dipengaruhi oleh musim di pertanian.
Kesempatan kerja sektoral dan ciri lain yang terkait akan memperlihatkan puncak dan dasar
sesuai musim di pertanian. Pencacahan dilakukan pada bulan Pebruari, Mei, Agustus dan
Nopember. Jumlah sample sekitar 20.500 rumahtangga setiap triwulan pada tahun 1992. Estimasi
triwulanan dapat di gabungkan untuk memperoleh data rata-rata tahunan dengan besar sample
menjadi 82,000 rumahtangga.
Survei triwulanan ini dilakukan selama 8 tahun sampai tahun 1993. Hasilnya
menunjukkan bahwa fluktuasi musiman tidak dapat secara jelas ditunjukkan oleh data triwulanan.
Ini mungkin disebabkan karena sample yang kecil. Dengan sekitar 20.000 rumahtangga hanya
bisa diperoleh estimasi nasional. Dengan musim yang berbeda antar daerah, merata-ratakan secara
nasional cenderung memperoleh hasil yang sama untuk 4 triwulan. Tanpa menaikkan jumlah
sample sehingga bisa menghasilkan data regional, survei triwulanan tidak akan berguna untuk
menunjukkan fluktuasi musim. Angka rata-rata tahunan dari survei triwulanan juga kurang
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 14
berguna karena data tidak menunjukkan referensi waktu dalam tahun yang bersangkutan.
Kelemahan lain dari survei triwulanan adalah terbatasnya pertanyaan yang dimasukkan, yaitu
hanya items yang diduga dipengaruhi oleh musim. Sedang pertanyaan yang menunjukkan
struktur banyak ditinggalkan. Ini menyebabkan hasil survei triwulanan tidak dapat dibandingkan
dengan data survei lain.
Survei triwulanan dihentikan dan mulai tahun 1994 dilaksanakan tahunan dengan
pertanyaan yang jauh lebih rinci. Besarnya sample diturunkan menjadi 65,500 rumahtangga. Pada
tahun 1998 jumlah sample diturunkan lagi menjadi 49,200 rumahtangga karena keterbatasan
dana. Sampai tahun 1999, Sakernas dilakukan pada bulan Agustus setiap tahun. Angka
ketenagakerjaan bulan Agustus dari Sakernas bisa dibandingkan dengan data dari Susenas, yang
dilaksanakan pada bulan Pebruari. Sakernas menggambarkan ketenagakerjaan semester kedua
sedang angka Susenas semester pertama. Pada tahun 1999, sample Sakernas diturunkan lagi
menjadi sekitar 20,000 rumahtangga dan dimaksudkan hanya untuk menghasilkan informasi rinci
tingkat nasional dan data propinsi lebih aggregatip.
Data ketenagakerjaan yang lengkap dikumpulkan dalam Sakernas. Penduduk umur kerja
(umur 10 tahun atau lebih dan diubah batasnya menjadi 15 tahun pada tahun 1998) dibagi
menjadi dua segmen, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari
mereka yang bekerja atau mencari kerja (menganggur). Untuk yang bekerja ditanya secara rinci
ciri-ciri pekerjaannya termasuk jam kerja, lapangan usaha, jenis pekerjaan, status, pekerjaan
tambahan, upah dan gaji, serta apakah juga mencari pekerjaan. Untuk yang mencari pekerjaan
ditanya cara dan sudah berapa lama mencari kerja, apakah mencari pekerjaan paruh waktu atau
penuh, apakah sebelumnya bekerja dan di berhentikan/berhenti selama masa krisis, apa sebanya
dan apakah belum lama dapat pekerjaan. Disamping itu dikumpulkan pula data sosial-demografis
termasuk umur, jenis kelamin dan pendidikan.
4. Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas)
Susenas adalah survei rumahtangga multi-tujuan yang dilakukan BPS sudah sejak
lama. Susenas pertama dirancang dan dilaksanakan pada tahun 1963 oleh Statistical Research
and Development Center (StRDC), sebuah organisasi PBB yang dibentuk untuk membantu
pengembangan statistik di BPS. Tujuan utama Supas adalah mengumpulkan data demografis dan
ciri sosial-ekonomis rumahtangga. Setelah tahun 1963 Susenas dilakukan secara reguler pada
tahun 1964/65, 1967, 1969 dan 1970 dengan sample antara 16,000-24,000 rumahtangga. Dalam
semua survei dikumpulkan data ketenagakerjaan bersama dengan data demografis, sosialekonomis
dan pengeluaran konsumsi rumahtangga.
Susenas sementara dihentikan tahun 1971 dengan dibubarkannya StRDC, dan dilanjutkan
kembali pada tahun 1976 dengan menggunakan dana pemerintah. Pada tahun 1976 Susenas
dilakukan triwulanan untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi secara rinci.yang diduga
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 15
dipengaruhi musim. Data ketenagakerjaan hanya dikumpulkan pada triwulan keempat dengan
memperbesar sample menjadi 78,000 rumahtangga dibandingkan hanya 17,000 rumahtangga
setiap triwulan sebelumnya. Survei triwulanan ini diulang pada tahun 1978 dengan sample hanya
6,300 rumahtangga setiap triwulan. Susenas 1978 memasukkan lebih banyak topik termasuk
ketenagakerjaan, demografi, sosial-budaya dan kesehatan, serta pengeluaran konsumsi
rumahtangga dan pendapatan.
Pada tahun 1979 dan 1980 Susenas dilakukan dua kali setiap tahun dengan sample antara
54,00-102,000 rumahtangga untuk mengakomodasikan modul baru. Modul baru ini termasuk
fertilitas, industri kerajinan rumahtangga, pertanian dan peternakan. Data ketenagakerjaan hanya
dikumpulkan pada semester kedua tahun 1980. Pada tahun 1981 Susenas dilaksanakan
triwulanan lagi dengan sample 15,000 rumahtangga setiap triwulan dan tidak memasukkan data
ketenagakerjaan. Informasinya dibatasi hanya sosial-budaya, kesehatan dan pengeluaran
konsumsi.
Ketenagakerjaan dimasukkan lagi pada tahun 1982 dengan sample terpisah sebesar 60,000
rumahtangga. Data lain meliputi kejahatan, kesejahteraan, industri kerajinan rumahtangga, dan
konsumsi makanan jadi dikumpulkan secara terpisah dengan sample antara 4,000-15,000
rumahtangga. Sejak tahun 1982 tersebut modul ketenagakerjaan dikeluarkan dari Susenas dan
diintegrasikan penuh dengan Sakernas. Karena itu Susenas tengah tahunan pada tahun 1984 dan
Susenas tahunan pada tahun 1985-87 and 1989-91 tidak memasukkan modul ketenagakerjaan.
Mulai tahun 1992, Susenas diorganisir kedalam dua daftar pertanyaan, yaitu kelompok
inti (baru) dan modul. Sebelum tahun 1992 kelompok inti mencakup hanya lima pertanyaan
dasar. Empat bidang demografis dan satu mengenai pendidikan. Karena sejumlah besar
penduduk Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan, pengentasan kemiskinan diberi
prioritas tinggi oleh pemerintah. Karenan itu diputuskan untuk memindahkan beberapa
pertanyaan penting di modul ke kelompok inti untuk memungkinkan diperoleh indikator
kesejahteraan secara tahunan.
Rancangan Susenas baru ini memungkinkan dikaitkannya pertanyaan dalam berbagai
modul lewat pertanyaan kelompok inti. Sebagai contoh melalui kategori ketenagakerjaan dan
konsumsi dalam kelompok inti ciri-ciri ketenagakerjaan dalam modul dapat dihubungkan dengan
modul struktur pengeluaran. Susenas mengumpulkan item dasar terpilih tentang pengeluaran
konsumsi, sosial-budaya, kesehatan, pemberian asi, immunisasi, pendidikan, jalur komunikasi,
tingkat fertilitas dan keluarga berencana, bahan perumahan dan fasilitasnya, serta aktivitas
ekonomi. Kegiatan ekonomi memasukkan pertanyaan dasar ketenagakerjaan, yang terbatas hanya
untuk memungkinkan menyusun struktur angkatan kerja, mereka yang bekerja dan mencari
pekerjaan. Untuk yang bekerja ditanya jam kerja, lapangan usaha dan status.
Dalam tahun 1992 besarnya sample untuk pertanyaan kelompok inti adalah 65,600
rumahtangga yang memungkinkan estimasai nasional dan propinsi. Mulai tahun 1993 sampai
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 16
sekarang diperbesar menjadi 202,000 rumahtangga untuk memungkinkan dihasilkannya estimasi
kabupaten/kotamadya, sedang besar sample modul tetap 65,600 rumahtangga. Pemilihan
rumahtangga sample untuk modul didasarkan pada hasil pencacahan pertanyaan kelompok inti,
yang memasukkan pertanyaan terpilih dari semua modul yang berbeda. Dari kerangka sample
ini sebuah sub-sample dipilih untuk suatu modul. Karena itu berbagai modul bisa saling terkait
melalui pertanyaan dalam kelompok inti. Dari Susenas 1992 sampai 1995 data ketenagakerjaan
yang tersedia sangat terbatas.
Tetapi disamping memberikan keuntungan berupa kekayaan informasi yang bisa
dihasilkan, system Susenas baru menjadi sangat kompleks. Penyiapan dokumen survei, pelatihan,
pelaksanaan lapangan dan pengolahan data menjadi lebih sukar diorganisir. Modul
ketenagakerjaan cenderung menjadi kurang akurat, dibandingkan dengan survei khusus
ketenagakerjaan. Disamping itu dalam sistem Susenas tidak dimungkinkan dirancang pertanyaan
ketenagakerjaan sesuai Sakernas.
Setelah krisis ekonomi tahun 1997, Susenas dirancang ulang dengan hanya memasukkan
tiga modul untuk menyederhanakan operasinya.. Pengeluaran konsumsi dikumpulkan setiap tiga
tahun dan informasi umum untuk pembentukan indikator kesejahteraan dianggap sebagai satu
modul yang dikumpulkan setiap tahun. Sedang satu modul lagi yang dikumpulkan setiap tahun
berisi pertanyaan ketenagakerjaan yang dirancang sesuai Sakernas.
5. Survei Seratus Desa (SSD)
Menyediakan informasi untuk daerah kecil sangat mahal, karena dibutuhkan
sample yang besar yang memerlukan organisasi dan implementasi survei dalam skala besar dan
bersifat nasional. Kualitas data bisa menurun karena kesalahan sampling atau non-sampling.
Sebagai contoh, Supas dengan 208,000 rumahtangga, hanya dapat menyajikan informasi tingkat
kabupaten/kotamadya dengan keyakinan kebenaran yang minimal. SSD dirancang untuk
menangkap perubahan sosial dalam seratus desa terpilih yang punya tipologi beda. Seperti
ditunjukkan oleh namanya, 100 desa dipilih dari 10 kabupaten di 8 propinsi. secara purposip
dipilih desa dengan rumahtangga sekitar 500-1000 dengan memperhatikan ciri-ciri: miskin/tidak
miskin, urhban/rural, pantai/pegunungan, Jawa-Bali/luar Jawa-Bali dan Wilayah Barat/Timur.
Dari setiap desa terpilih dicacah 120 rumahtangga untuk memberi gambaran tipologi desa yang
berbeda, dan tidak dimaksudkan untuk di jumlahkan untuk menggambarkan daerah administrasi
yang lebih tinggi.
BPS petama kali mengadakan SSD dalam bulan Mei 1994 dengan nama SIVD (Studi
Identifikasi Variabel Desa). Tujuannya untuk mengenali peubah-peubah desa yang berhubungan
dengan kemiskinan dan untuk menguji Susenas sebagai alat pemantau kesejahteraan pada tingkat
desa. Dalam bulan Mei1997 survei ini diulang dalam desa yang sama tetapi pertanyaannya sedikit
dimodifikasi guna memantau sumber daya manusia dan infra-struktur sosial. Survei ini dikenali
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 17
sebagai SSD yang pada tahun 1998/1999 dilaksanakan dalam 4 putaran (August 1998,
November 1998, February 1999 and May 1999) untuk menangkap perubahan triwulanan dalam
kehidupan sosial ekonomi mereka yang terkena dampak krisis ekonomi.
Peubah yang dikumpulkan dalam survei meliputi ciri demografi, kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan, fertilitas dan keluarga berencana, perumahan, pengeluaran konsumsi, ketahanan
pangan, kepemilikan tanah dan barang tahan lama, akses ke fasilitas umum dan potansi desa.
Pada tahun 1998 ditambahkan peubah yang dipengaruhi krisis ekonomi, termasuk migrasi,
pekerjaan umum, kejahatan, reaksi terhadap krisis, serta peubah terkait dengan jaring pengaman
sosial. Data ketenagakerjaan mencakup struktur angkatan kerja, pengangguran, dan informasi
mengenai lapangan usaha, jenis pekerjaan, status, jam kerja dan pekerjaan tambahan, serta untuk
mereka yang berhenti bekerja ditanyakan sebab-sebabnya.
B. Survei Establishmen
BPS melaksanakan beberapa survei establishmen yang memuat data pekerja. Umumnya
survei ini mengumpulkan data ongkos produksi, struktur input dan output, pembentukan modal,
serta pertanyaan mengenai operasi bisnis. Data pekerja biasanya diperoleh sebagai bagian dari
ongkos produksi. Disamping itu data partisipasi dalam program pemerintah juga ditanyakan pada
survei usaha kecil dan rumahtangga, karena pemerintah memberikan kredit dan
menyelenggarakan berbagai program pembinaan untuk mengembangkan mereka.
Unit pencacahannya adalah establishmen yang didefinisikan sebagai unit ekonomi terkecil
yang melakukan usaha bisnis dengan mendanai produksi barang dan jasa dan menjualnya untuk
memperoleh keuntungan atau penghasilan. Elemen penting untuk dikategorikan sebagai
establishmen adalah adanya risiko yang ditanggung. Survei ini mengumpulkan data establishmen
yang diberikan oleh petugas yang bertanggung jawab sebagai responden mewakili establishmen.
Umumnya pertanyaan terbatas hanya pada informasi akuntansi biaya dan data ekonomi yang
terkait. Data individual pekerja tidak dapat dikumpulkan Hanya data kelompok pekerja yang
diklasifikasi menurut jenis kelamin, jenis pekerjaan dan pendidikan bisa dihasilkan. Survei
establishment yang mengumpulkan data pekerja yang akhir-akhir ini diselenggarakan meliputi:
1. Sensus Ekonomi (SE)
2. Direktori Perusahaan Berbadan Hukum (DPBH)
3. Survey Triwulanan Kegiatan Usaha (STKU)
4. Survey Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga (SKKR)
5. Survei Usaha Kecil dan Rumahtangga Terintegrasi (SUSI)
6. Survei Industri Besar/Sedang (SIBS)
7. Survey Hotel (SH)
8. Survey Upah Buruh (SUB)
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 18
1. Sensus Ekonomi (SE)
Sejauh ini BPS telah melaksanakan 3 sensus ekonomi pada tahun 1976, 1986 dan
terakhir tahun 1996. Aktivitas sepuluh tahunan ini ditujukan untuk mengumpulkan data semua
establishmen ekonomi non-pertanian. Data establishmen pertanian dikumpulkan terpisah dalam
sensus dan survei pertanian. Sebelum pelaksanaan sensus ekonomi 1996 pengumpulan data
establishmen dilakukan lewat survei terpisah masing-masing sektor. Berbagai survei ini
dilaksanakan pada tahun-tahun yang berbeda oleh divisi sektoral yang terpisah di BPS. Tidak
dikordinasikan utuk memperoleh data yang bisa diperbandingkan antar sektor.
Sensus 1996 dilakukan dalam beberapa tahapan mulai awal tahun. Dalam sensus untuk
pertama kali dicoba diintegrasikan semua pengumpulan data establishmen di BPS. Satu set
pertanyaan yang terbatas dikumpulkan dari semua establishmen: besar, sedang, kecil dan mikro.
Seperti pada survei establishmen lainnya, data pekerja dikumpulkan sebagai bagian dari informasi
yang lazimnya dikumpulkan dalam survei establishmen, termasuk identifikasi dan lokasi,
aktivitas utama, jenis produk, status establishmen, nilai aset, nilai produksi, jumlah pendapatan
dan jumlah pekerja tetap/sementara.
Sensus membedakan antara establishmen berbadan hukum dan tidak berbadan hukum.
Establishmen berbadan hukum dimasukkan dalam Direktori, yang disusun pertama kali pada
tahap persiapan sensus ekonomi dengan memakai data yang tersedia di BPS dan informasi
sekonder dari departemen dan organisasi lain. Direktori ini di perbarui pada waktu pelaksanaan
sensus. Establishmen berbadan hukum yang baru ditemukan ditambahkan dan yang sudah tutup
dihilangkan dari Direktori. Establishmen tidak berbadan hukum tidak dimasukkan dalam
direktori karena jumlahnya sangat besar, eksistensinya labil dan perubahannya cepat.
Establishmen tidak berbadan hukum didaftar dengan mengunjungi semua rumahtangga dan
ditanya dengan pertanyaan sensus jika ada establishmennya. Pendaftaran ini mengeluarkan dua
hasil, yaitu daftar establishmen tidak berbadan hukum dan ciri-ciri establishmen. Informasi yang
dikumpulkan sama seperti yang digunakan untuk penyusunsn Direktori. Untuk ketenagakerjaan
hanya terbatas pada kelompok kerja yang dibedakan apakah pekerja tetap/sementara.
Daftar establishmen dan informasi dasar disimpan sebagai kerangka sample untuk
pengambilan sample survei establishmen yang akan dilakukan pada tahun-tahun berikutnya.
Sebaliknya daftar ini secara parsial akan diperbarui dari hasil survei. Setelah sepuluh tahun daftar
akan diperbarui total untuk dasar pelaksanaan sensus berikutnya.
2. Direktori Establishmen Berbadan Hukum (DPBH)
Dalam sensus ekonomi semua establishmen berbadan hukum (besar dan sedang
untuk industri manufaktur) dari semua sektor ekonomi bukan pertanian di organisir dalam
Direktori untuk pertama kali. Establishmen pertanian tidak dicakup dalam Direktori karena sudah
didaftar sendiri dalam sensus pertanian. Direktori berisi informasi mengenai identifikasi dan
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 19
lokasi establishmen, aktivitas utama, jumlah aset, nilai produksi dan jumlah pekerja
tetap/sementara. BPS merencanakan untuk memperbarui dan memperbaiki Direktori setiap tahun
menggunakan data sekonder dan hasil survey yang relevan, dan setiap 10 tahun diperbarui secara
menyeluruh.
3. Survei Triwulanan Kegiatan Usaha (STKU)
Dalam tahun-tahun sebelum SE dilakukan STKU untuk mengumpulkan indikator
dini yang sahih untuk mengamati pertumbuhan/perubahan triwulanan berbagai sub-sektor jasajasa
untuk penyusunan PDB triwulanan. Indikator bisa berbeda menurut sub-sektornya, tetapi
umumnya dipakai output dan jumlah pekerja. STKU mencacah hanya establishmen disektor jasajasa
termasuk transportasi, perbankan dan keuangan, hotel dan restoran, biro perjalanan,
perdagangan dan jasa.
Pertama kali STKU dilaksanakan hanya di Jawa tahun 1987. Pada tahun 1988 propinsi
Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan ditambahkan dan selanjutnya pada tahun 1990 ditambahkan
10 propinsi lagi. Pada tahun 1994/95 STKU mencapai perkembangan penuh dengan mencakup
semua 27 propinsi. Informasi yang dicakup adalah jumlah pekerja, upah dan gaji, indikator
produksi, penjualan/penghasilan dan pendapatan dari sumber lain. Pelaksanaan lapangan
dilakukan setiap awal triwulan untuk mengumpulkan data triwulan sebelumnya. Karena surveinya
sederhana, hasil sementara bisa keluar dalam tiga bulan, dan hasil akhir dalam waktu 6 bulan.
Dalam tahun 1996 survei ini diintegrasikan dalam SUSI.
4. Surve Industri Kecil dan Rumahtangga (SKKR)
Survei ini mengumpulkan data rinci dari industri kecil dan industri rumahtangga.
Dan hanya dilaksanakan di beberapa propinsi terpilih, yang berbeda setiap tahun. Survei tahun
1993 mencakup 20 propinsi antara lain termasuk Jambi, Bengkulu, Timor-Timur, Kalimantan
Tengah, Kalimantan-Timur, Maluku dan Irian-Jaya. Jumlah sample sebanyak 40,000
rumahtangga. Informasi yang dikumpulkan dalam survei ini dimaksudkan untuk melengkapi data
dari Survei Industri Besar/Sedang. Dalam tahun 1998 survei ini diintegrasikan kedalam SUSI.
5. Survei Usaha Kecil dan Rumahtangga Terintegrasi (SUSI)
Sebagai tindak lanjut dari SE 1996, SUSI dilaksanakan untuk pertama kali pada
bulan Desember 1998 menggunakan daftar establishmen dari sensus. Sebagai bagian dari
aktivitas sensus, SUSI hanya mengumpulkan data dari establishmen bukan pertanian tidak
berbadan hukum, yang umumnya usaha kecil atau mikro. Tetapi sejumlah establishmen sedang
mungkin tidak berbadan hukum dan dimasukkan dalam survei. Dalam tahun anggaran 1999/2000
dan 2000, SUSI dilaksanakan triwulanan pada bulan Juli dan Oktober tahun 1999 dan bulan
Januari dan April tahun 2000. Untuk memperoleh gambaran seri waktu 50 persen dari sample
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 20
triwulan sebelumnya dipertahankan dalam triwulan berikutnya. Pertanyaannya sama seperti yang
dipakai pada tahun 1998. Kalau STKU hanya mengumpulkan indikator berupa indeks untuk
memperoleh data pertumbuhan, SUSI mengumpulkan informasi rinci tentang aktivitas
establishmen termasuk struktur ongkos, output, kapital dan sektor. Data pekerja yang
dikumpulkan adalah jumlah pekerja dirinci menurut jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan,
dibayar/tidak dibayar, dan penghasilan.
6. Survei Industri Besar/Sedang (SIBS)
Survei ini masih secara rutin dilakukan setiap tahun. Informasi yang dikumpulkan
jauh lebih banyak dari yang diperlukan untuk Direktori. Mengingat pentingnya sektor industri
dalam pembangunan ekonomi informasi rinci dikumpulkan tentang ongkos produksi, output dan
jasa, tenaga listrik yang dihasilkan, investasi, kapital dan aset. Sebagai bagian dari ongkos
produksi, pengeluaran untuk pekerja dirinci dan dibedakan menurut pekerja produksi/nonproduksi.
Komponen pembayaran pada pekerja termasuk upah dan gaji, kontribusi pensiun,
asuransi dan tunjangan lainnya. Blok terpisah untuk pekerja merinci jumlah pekerja menurut jenis
kelamin, pendidikan (pengetahuan alam, teknik dan lainnya), jenis pekerjaan (penelitian dan
pengembangan, teknik produksi dan lainnya) serta bekerja sebagai peneliti, tehnisi, staf
administrasi atau pekerja pabrik.
Survei ini mencakup semua industri besar dan sedang. Kelengkapan cakupan tergantung
dari Direktori yang diperbarui secara reguler, establishmen baru ditambahkan dan yantg sudah
tutup dihapus. Sistem baru ini dilaksanakan di Jawa tahun 1991 dan luar Jawa tahun 1992.
Pengecekan daftar establishmen dilakukan dengan sumber data terkini dari departemen lain. Jika
terjadi perbedaan di cek di lapangan.
Survei ini menghasilkan klasifikasi sektor industri sangat rinci sampai 5 angka ISIC.
Tingkat respon survei sekitar 85-90 persen. Karena jumlah establishmen yang banyak dan daftar
pertanyaannya panjang, publikasinya sangat terlambat. Data tahun 1997, misalnya baru tersedia
pada bulan Maret 1999.
7. Survei Hotel (SH)
Pengumpulan statistik hotel didasarkan pada rekomendasi World Tourism
Organization (WTO) dan berpedoman pada statistik akomodasi. Tetapi hanya bagian kecil
rekomendasi ini diterapkan dalam survei hotel di Indonesia. SH dilakukan setiap bulan disemua
27 propinsi di Indonesia. Dua macam survei dilakukan sejak tahun 1978, yaitu yang bersifat
“stock taking” dan penghunian kamar, mencakup hotel berbintang dan tak berbintang. Data yang
dikumpulkan meliputi jumlah kamar dan tempat tidur, tarif, jarak dari lapangan terbang, terminal
bis dan stasiun kereta api, serta fasilitas hotel. Selama tiga tahun terakhir, data pekerja
dikelompokkan lebih rinci menurut jenis kelamin, kewarganegaraan, jenis dan tingkat pendidikan,
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 21
serta status pekerja (dibayar/tidak dibayar).
Survei tingkat penghunian kamar hotel dilaksanakan mulai tahun 1980 dan mencakup
semua hotel berbintang dan sample dari hotel tidak berbintang yang paling sedikit punya 10
kamar. Survei ini dilakukan setiap bulan untuk mencari data jumlah kamar, tempat tidur, kamar
tersewa, tamu asing/domestik, yang digunakan untuk menghitung indikator tingkat penghunian,
rata-rata lama tinggal, jumlah tamu asing/domestik dan rata-rata jumlah tamu per kamar.
SH yang diselenggarakan secara reguler ini juga dimaksudkan untuk membantu
pembaruan Direktori. Semua hotel termasuk hotel melati dimasukkan dalam Direktori karena
operasi hotel harus legal dan diijinkan oleh Kantor pariwisata di setiap propinsi. .
8. Survei Upah Buruh (SUB)
Pertama kali survei ini dilakukan tahun 1997 untuk mengumpulkan informasi rinci
tentang struktur dan perkembangan upah, termasuk rincian menurut jenis pekerjaan. SUB hanya
mencakup sektor pertambangan bukan minyak dan gas, industri, hotel dan transportasi. Pada
tahun 1992 disederhanakan dengan menghapus pertanyaan upah menurut jenis pekerjaan. Yang
dikumpulkan hanya data rata-rata dan median upah pekerja dibawah tingkat mandor, sedang subsektor
perhubungan darat di keluarkan dan jumlah sample diturunkan. Survei dilakukan
triwulanan untuk memantau perubahan upah. Tiga propinsi (Bengkulu, Timor-Timur dan
Sulawesi-Tengah) tidak dimasukkan. Untuk sub-sektor pertambangan bukan minyak dan gas
hanya dicacah 35 establishmen, sedang untuk sektor industri manufaktur 667 establishmen besar
dan 342 medium. Establishmen kecil tidak dicacah. Pelaksanaan lapangan dilakukan pada bulan
Maret, Juni, September dan Desember setiap tahun. Data upah yang dikumpulkan dirinci menurut
besarnya establishmen, jenis kelamin, sub-sektor dan status permodalan (asing, domestik dan
pemerintah).
C. Sensus Pertanian (ST)
Sensus Pertanian pernah diadakan pada tahun1963, 1973, 1983 dan1993. Dari segi jumlah
tenagakerja pertanian merupakan sektor terbesar dalam ekonomi Indonesia, tetapi tingkat hidup
pekerjanya merupakan yang terendah. Beberapa program dilaksanakan pemerintah untuk
membantur sektor pertanian yang sebagian besar masih tradisional dan informal. Sektor pertanian
terdiri dari sejumlah besar sub-sektor yang memproduksi berbagai komoditas. Lebih dari 100 juta
runahtangga berusaha disektor ini. ST harus bisa mencakup semua aktivitas ini. Karena itu ST
diorganisir kedalam beberapa kegiatan pengumpulan data terpisah dan dimaksudkan untuk
mencakup semua usaha rumahtangga pertanian terutama daerah-daerah tempat pelaksanaan
program pemerintah.
Sensus terdiri dari dua bagian, yaitu pertama, pencacahan lengkap yang mencakup
establishmen pertanian, Koperasi Unit Desa dan Survei Potensi Desa, serta kedua adalah
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 22
pencacahan sample petani pemilik tanah dan berbagai sub-sektor rumahtangga pertanian. Secara
keseluruhan besarnya sample mencakup 20 persen dari daerah pencacahan dan 20 persen dari
rumahtangga di daerah terpilih.
Salah satu dari sensus establishmen mencakup sub-sektor tanaman bahan makanan dan
hortikultura (Sensus Perusahaan Palawija dan Hortikultura, SUPH). Hortitultura meliputi
tanaman sayuran serta tanaman hias dan obat-obatan. Pencacahan lengkap dilakukan pada 54
establishmen yang berusaha di sub-sektor ini. Data pekerja dibedakan menurut jenis kelamin,
pendidikan, pekerja administrasi/lapangan/pabrik dan apakah sebagai manajer/asisten/pekerja
biasa, serta pekerja tetap/sementara (harian atau bulanan). Sebagai bagian dari struktur ongkos
dikumpulkan upah/gaji dan komponen pendapatan dikumpulkan menurut kelompok pekerja.
Survei establishmen dalam ST mencakup sub-sektor:
1. Tanaman Industri (termasuk agathis, akasia dan kayu jati)
2. Binatang Buas serta Parimisata Alam dan Budaya
3. Hak Pengelolaan Hutan (HPH) dan Ijin Penebangan Hutan (IPK)
4. Ternak Besar dan Kecil
5. Perikanan
Sensus Sampel Perkebunan Rakyat (SSKR) mengumpulkan data dari semua rumahtangga
yang menanam tanaman keras. Semuanya ada 150,000 rumahtangga yang berusaha di
perkebunan tanaman keras yang berbeda termasuk karet, kelapa, kopi, cengkeh, coklat, kelapa
sawit dan lada. Sample sensus yang lain mencakup rumahtangga pertanian yang tidak berusaha
di tanaman keras. Antara lain mencakup rumahtangga yang berusaha di sub-sektor peternakan,
petani pemilik tanah dan kehutanan.
Sensus Perusahaan Ternak Besar/Kecil (SUTBK) dilakukan sebagai bagian dari ST93.
Data yang dikumpulkan termasuk jumlah pekerja menurut status (tetap/sementara), jenis kelamin
dan pendidikan. Juga dikumpulkan data pekerja harian menurut jumlah hari dan orang-hari, serta
pengeluaran untuk pekerja (berupa barang dan uang) sebagai upah dan gaji, lembur, bonus,
hadiah dan lainnya. Data ini dikumpulkan disamping informasi struktur ongkos, output,
penghasilan, pembentukan modal, serta tanah yang dimiliki/dikuasai.
Sensus Sampel Pendapatan Rumahtangga Pertanian (SSPRT) juga dilakukan sebagai
bagian dari ST93. Pada tahun 1983 juga bagian dari sensus tahun itu dan dilakukan pada tahun
1990 sebagai Survei Pendapatan Petani (SPP). Survei ini mencakup semua rumahtangga yang
berusaha disemua sub-sektor pertanian. Pada tahun 1993 jumlah rumahtangga yang dicacah
sebanyak 900,540. Data ketenagakerjaan yang dikumpulkan adalah pengeluaran perusahaan untuk
upah dan gaji.
Sensus Sample lain yang dilakukan selama ST93 adalah Survei Struktur Ongkos Usaha
Rumahtangga Pertanian (SSOURT). Ini merupakan yang ketiga, sedang yang pertama dilakukan
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 23
selama ST83 dan yang kedua dilebur dalam SPP90. Ongkos buruh (wages and salaries)
dikumpulkan dalam survei ini.
D. Survei Data Komunitas
Survei Data Komunitas yang diselenggarakan secara reguler oleh BPS menyediakan data
desa yang dikumpulkan dari petugas desa. Sebagian data bagus dan didasarkan pada catataan
desa, tetapi lainnya tergantung pada persepsi petugas desa. Disini data ketenagakerjaan di desa
juga dikumpulkan
1. Survei Potensi Desa (Podes)
Survei ini pertama dilakukan tahun 1976 sebagai Survei Fasilitas Desa (Fasdes)
yang merupakan bagian dari Supas76. Setelah itu Podes secara reguler diintegrasikan/ bagian dari
pengumpulan data skala besar, seperti sensus dan Supas. Podes mencakup semua desa dan pada
kegiatan pemetaan dan pendaftaran rumahtangga survei skala besar semua desa di Indonesia
dikunjungi, misalnya pada tahun 1990 terdapat 67,515 desa. Podes93 dilaksanakan sebagai
bagian dari ST93, sedang pada tahun 1996 bagian dari SE. Kini sedang berlangsung pekerjaan
lapangan Podes 2000 bagian dari SP2000. Informasi ketenagakerjaan meliputi persentase
rumahtangga yang berusaha disektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dan lainnya.
2. Survei Kecamatan (SK)
Survei ini dilaksanakan pada bulan September 1998 disemua l 4,025 kecamatan
di Indonesia. Tignkat responnya tingggi mencapai 99.2 persen atau 3,992 kecamatan. SK
dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang penyebaran dan intensitas krisis ekonomi
diseluruh wilayah Indonesia. Data yang dikumpulkan mencakup ketahanan ekonomi
rumahtangga, keamanan pasokan makanan dan barang, kesehatan dan keluarga berencana,
pendidikan, pengangguran dan kejahatan.
Informasinya, termasuk pengangguran diperoleh dari informan di kecamatan yang
dianggap mengetahui keadaan kecamatan selama krisis ekonomi. Informan ini terdiri dari dokter
medis di Puskesmas, kepala kantor pendidikan di kecamatan dan staff dari pembangunan
masyarakat desa atau personnel pertanian. Mereka ditanya persepsinya tentang keadaan
kecamatannya. Untuk memperoleh jawaban yang benar, pertanyaannya dibuat sederhana.
E. Survei Sewaktu
Selama krisis ekonomi sangat mendesak untuk diketahui berapa jauh penyebaran dan
intensitas dampaknya. Data dini dan komprehensip diperlukan untuk mendukung formulasi
kebijakan dan penyusunan program dan proyek, serta untuk bisa menjangkau kelompok sasaran
serta memantau hasilnya dalam meredam dampak krisis. Untuk mendukung program ini,
universitas dan organisasi swasta (NGO) juga ada yang melakukan survei serupa, tetapi dengan
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 24
cakupan yang jauh lebih kecil. Yang terbesar adalah “Indonesian Family Life Survey” (IFLS)
yang didanai oleh Rand Corporation dan dilaksanakan oleh Lembaga Demografi-Universitas
Indonesia. IFLS terfokus hanya pada bidang kesehatan, pendidikan dan konsumsi rumahtangga.
Data ketenagakerjaan tidak dikumpulkan.
Survei Sewaktu yang dilakukan oleh BPS bekerjasama dengan UNDP pada tahun 1998
adalah Survei Dampak Krisis (SDK). Survei ini dimaksudkan untuk memantau dampak krisis
pada tingkat kehidupan masyarakat dan kelanjutan kegiatan ekonominya. SDK dilakukan dalam
beberapa putaran dan dengan observasi/diskusi intensip. Bidang yang disurvei termasuk migran
kembali, ongkos produksi, pemutusan hubungan kerja, sektor informal di urban, biaya hidup,
bisnis eceran di urban dan potensi desa. Disini tidak dimaksudkan untuk memperoleh data
regional/national. Tetapi untuk menyediakan informasi guna peringatan dini pada pemerintah
tentang penyebaran dan kedalaman dampak krisis. Karena itu hanya beberapa kabupaten yang
dimasukkan dalam sample dan dipilih secara purposive (yang terparah terkena dampak krisis.
Kemudian dipilih establishmen dan tumahtangga dari kabupaten terpilih. Tiga macam survei
(tidak disebut survei tetapi studi) telah dilaksanakan.
a. Studi Pekerja Informal di Urban (SPIU): Tujuan studi ini mengumpulkan
informasi tentang pekerja informal di urban untuk menguji pendapat bahwa
mereka yang terkena dampak krisis tetap tinggal diurban dan pindah bekerja di
sektor informal. Studi ini diselenggarakan hanya di 7 kotamadya. Informasi yang
dikumpulkan termasuk ciri demografi anggota rumahtangga, perumahan dan
fasilitasnya, ketahanan ekonomi rumahtangga dan pertanyaan rinci
ketenagakerjaan pada anggota rumahtangga termasuk partisipasinya pada proyek
padat karya, serta aktivitas sebelum dan sesudah berhenti bekerja.
b. Studi Ketahanan Ekonomi Rumahtangga Migran (SKERM): Studi ini
dimaksudkan untuk mengamati dampak krisis pada migran, termasuk kegiatan
ekonominya, karena itu informasi ketenagakerjaan dikumpulkan cukup rinci.
c. Survei Bisnis Eceran (SBE): Survei ini mengumpulkan data tentang pasokan,
penjualan dan harga barang yang diperdagangkan. Juga dikumpulkan data
ketenagakerjaan termasuk jumlah pekerja, jumlah hari kerja, jam kerja per hari,
jumlah kelompok kerja dalam sehari, dan apakah ada pekerja yang di PHK dan
berapa banyak.
F. Catatan Administrasi
Sebagian besar data ketenagakerjaan dikumpulkan dan disajikan oleh BPS. Sumber lain
hanya dari Depnaker dan PU. Depnaker menyediakan data tentang lowongan kerja yang tercatat
dan pencari kerja. Walaupun secara teori lowongan kerja harus didaftarkan ke Depnaker,
cakupan data sangat kecil, karena tidak semua establishmen yang punya lowongan kerja
mendaftar. Sebagian besar establishmen mengadvertensikan sendiri lowongan kerjanya untuk
menjangkau pencari kerja yang tersebar luas. Lebih lagi perusahaan umumnya segan
berhubungan dengan Depnaker karena birokrasi yang berbelit. Juga pencari kerja kelas tinggi
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 25
tidak pernah mendaftar ke Depnaker. Mereka lebih suka melamar secara langsung pada
perusahaan yang dituju, atau lewat kenalan. Kenyatannya hanya lowongan kerja dalam jumlah
banyak yang didaftarkan.
Persoalan lain dengan sumber data ini adalah tidak semua dokumen diproses, sehingga
kurang berguna untuk analisa pasar ketenagakerjaan yang luas. Data hanya bisa digunakan
sebagai petunjuk. Supaya data ini bisa berguna, sistem yang terpercaya harus dikembangkan,
terutama untuk memasukkan data dari sumber lain.
Data lain yang dikeluarkan oleh Depnaker adalah kesempatan kerja yang diciptakan dalam
program padat karya dan program pemerintah lainnya, latihan kerja oleh Depnaker, tenaga kerja
asing, tenaga kerja Indonesia diluar negeri dan kiriman uang mereka ke Indonesia. Karena
program pemerintah tersebut dilaksanakan oleh Depnaker dan karena menurut peraturan harus
mendaftar ke Depnaker, data tersebut seharusnya baik, tetapi beberapa tidak tersedia bagi
pengguna karena tidak diproses.
Beberapa data ketenagakerjaan yang terkait proyek padat karya juga tersedia di PU. Data
ini mungkin terdiri dari jumlah orang yang direkrut untuk pembangunan infra-struktur, atau
mereka yang ikut proyek padat karya seperti yang dilakukan oleh Depnaker. Tingkat akurasi data
ketenagakerjaan sama dengan yang di Depnaker. Dokumen tidak secara sistematis diproses
menjadi data statistik.
III. KEKUATAN DAN KELEMAHAN
Survei establishmen, komunitas dan rumahtangga punya ciri berbeda, karena itu
kelemahan dan kekuatannya juga berbeda. Informasi dari survei establishmen diberikan oleh
petugas yang ditunjuk perusahaan untuk mengisi daftar pertanyaan, dan jawabannya umumnya
berdasarkan catatan perusahaan. Karena itu konsep dan definisi yang dipakai dalam survei harus
disesuaikan dengan yang ada di perusahaan. Dalam survei ini informasi individu tidak bisa
ditanyakan langsung seperti halnya dalam survei rumahtangga. Karena itu dalam survei
establishmen tidak bisa dipaksakan untuk memakai pendekatan labor force secara ketat.
A. Survei Establishmen
Survei establishmen hanya berisi data pekerja yang sangat terbatas, tetapi dapat dikaitkan
dengan informasi mengenai biaya produksi, kapital dan output establishmen. Data pekerja yang
tersedia dapat dijabarkan menurut jenis kelamin, status perkawinan, kelompok umur, pendidikan
dan kelompok jenis pekerjaan. Keterkaitan antara data ketenagakerjaan dengan ongkos produksi
lain memungkinkan dinalisa struktur ongkos perusahaan untuk mengamati apakah buruh dibayar
dengan wajar. Membandingkan biaya kapital dan pekerja bisa sebagai indikator apakah sistem
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 26
produksi padat kapital atau padat kerja. Dan dalam hubungannya dengan output atau nilai tambah
dapat dihitung persentase bagian pekerja dalam nilai tambah, yang dapat dibandingkan dengan
balas jasa faktor produksi lain.
Kekuatan lain adalah survei ini memungkinkan dibuat rincian sub-sektor dan klasifikasi
jenis pekerjaan lebih rinci. Sebaliknya survei rumahtangga mencakup semua sektor tetapi rincian
sub-sektor terbatas hanya pada 2 angka KLUI. Klasifikasi jenis pekerjaan di survei rumahtangga
sampai 3 angka ISCO. Tetapi klasifikasi 2 atau 3 angka ISCO sering tidak cermat dan jarang
digunakan. Baik pewawancara maupun responden kurang bisa mengintepretasikan dengan benar
klasifikasi jenis pekerjaan yang sangat rinci. Survei establishmen lebih bisa memberikan data
ISCO tersebut. Sehingga dengan menggabungkan data ketenagakerjaan dari kedua survei, dapat
diperoleh informasi sub-sectoral dan klasifikasi jenis pekerjaan yang lebih rinci. Misalnya
penyusunan Tabel Input-Output mensyaratkan agar data ketenagakerjaan dirinci untuk 140 subsektor.
B. Survei Rumahtangga
Data individual rinci (termasuk ciri demografis, sosial-ekonomis dan ketenagakerjaan)
serta informasi umum tentang establishmen tempat kerja dan tentang rumahtangga pekerja
tersedia di survei rumahtangga. Tetapi kualitas data tergantung dari besar sample, objektip dan
metodologi yang dipakai. Ada hubungan negatip antara kompleksitas survei dan akurasi hasilnya.
Besar sample bisa meningkatkan kualitas hasil, tetapi jika kesalahan non-sampling sangat besar
kualitas data bisa menurun. Banyaknya informasi yang dikumpulkan seperti di Susenas,
memungkinkan analisa data yang kaya. Juga sample yang besar memungkinkan penyediaan data
untuk daerah administrasi kecil.
BPS melaksanakan secara reguler 5 jenis survei rumahtangga, yaitu sensus penduduk,
Supas, Sakernas, Susenas dan SSD. Karena semua survei ini memakai konsep dasar dan definisi
ketenagakerjaan yang sama, hasilnya secara teoritis diharapkan bisa diperbandingkan. Tetapi
karena alasan lain kenyataannya data ketegakerjaan antar survei ini tidak berbanding. Sensus dan
Supas, yang dirancang dengan objektip sama yaitu mengumpulkan informasi kependudukan
umum menghasilkan data yang bisa diperbandingkan. Tetapi datanya tidak berbanding dengan
hasil dari ketiga survei lainnya. Data ketiga survei lain yang dirancang dengan objektip yang
berbeda juga tidak berbanding.
Data Sakernas dan Susenas tidak sebanding karena kedua jenis survei berbeda. Susenas
adalah sebuah survei multi-tujuan dengan berbagai bidang informasi yang diorganisir dalam
kelompok inti dan modul. Metodologi dan implementasi Susenas sangat kompleks. Kualiats data
ketenagakerjaan sangat terpengaruh dengan dikumpulkannya data yang lebih dominan.
Sebaliknya Sakernas, sebagai survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data
ketenagakerjaan seharusnya menghasilkan data yang paling terpercaya. Lagi pula Sakernas
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 27
secara konsisten sudah dilakukan sejak Agustus 1994, sehingga semua petugas survei sudah
mengenal konsep, definisi dan pertanyaannya, sehingga intepretasi berbagai pertanyaan sudah
seragam dan karena itu diharapkan menghasilkan data yang konsisten setiap tahun.
Tetapi kontinuitas dan konsistensi data juga punya kelemahan, yaitu menghalangi
dilakukannya tindakan yang perlu untuk memperbaiki kesalahan yang ditemukan dalam konsep,
definisi atau prosedur. Pilihannya adalah antara mendiamkan semua kesalahan yang ada untuk
menjaga konsistensi tetapi bisa menyebabkan salah intepretasi atau memperbaiki daftar
pertanyaan untuk mnenghasilkan data yang lebih relevan tetapi tidak konsisten dengan hasil
survei sebelumnya.
Karena samplenya yang besar, SP dan Supas bisa menghasilkan statistik ketenagakerjaan
untuk daerah administrasi terkecil sampai tingkat kabupaten/kotamadya. Karenanya informasi
ketenagakerjaan bisa secara statistik dikaitkan dengan ciri kependudukan termasuk struktur
keluarga, fertilitas, mortalitas, dan migrasi, serta kondisi rumah dan fasilitasnya. Dengan
demikian analisa ketenagakerjaan lintas sektor bisa dilakukan disamping analisa seri waktu.
Tetapi jika struktur pertanyaan dalam daftar pertanyaan berubah analisa seri waktu tidak mungkin
atau menjadi lebih kompleks. Menjaga konsistensi daftar pertanyaan, metodologi dan
pelaksanaan lapangan jelas akan meningkatkan mutu analisa seri waktu.
Susenas berisi informasi lebih banyak, bahkan lebih kaya dari sensus atau Supas. Tetapi
data Susenas mudah berubah, dan yang dikelompok inti sangat terbatas harus sesuai dengan data
lain yang merupakan informasi utama yang dikumpulkan. Jadi disamping keuntungan yang
didapat dari besarnya sample data ketenagakerjaan Susenas lebih labil dibandingkan data
Sakernas.
Kelemahan serious dari kedua survei adalah datanya tidak dapat dipakai untuk analisa
jangka pendek. Susenas dan Sakernas hanya mengumpulkan data struktur ketenagakerjaan yang
berubah dalam jangka panajang. Pertanyaan yang bisa menunjukkan fluktuasi musim/bisnis tidak
dimasukkan.
C. Survei Data Komunitas
Data dari survei komunitas berguna untuk memberi gambaran indikatip untuk daerah
administrasi kecil, hanya jika perbedaannya dengan survei standard tidak terlalu besar. Karena
itu konsep, definisi dan kategorisasi jawaban harus dijaga sedekat mungkin dengan yang baku.
IV. KONSISTENSI DATA ANTAR SUMBER
Untuk lebih mendayagunakan data BPS, sejauh mungkin berbagai data harus dibuat
sebanding, semua data harus dapat diletakkan dalam satu peta. Tetapi tentunya tidak bisa
diharapkan data ketenagakerjaan dari berbagai sumber dengan tujuan dan prosedur survei berbeda
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 28
akan sepenuhnya berbanding. Data akan sangat berguna jika dipakai sesuai objektip dan
rancangan surveinya. Walaupun demikian dalam praktek pengguna sering membandingkan data
ketenagakerjaan antar sumber. Bab ini secara ringkas menyoroti beberapa persoalan konsistensi
data ketenagakerjaan dari berbagai sumber yang berbeda.
A. Instabilitas Statistik Ketenagakerjaan
Setelah SE96 definisi pekerja dibayar/tidak dibayar dan tetap/sementara telah jelas dan
seragam dalam semua survei establishmen. Rincian ketenagakerjaan menurut sub-sektor, jenis
pekerjaan, pendidikan, umur, jenis kelamin juga telah baku. Lebih lagi establishmen sudah secara
konsisten dibagi kedalam 2 kelompok statistik. Pertama yang berbadan hukum dimasukkan dalam
Direktori, dan tidak berbadan hukum diluar Direktori. Begitu pula penggunaan establishmen
sebagai unit pencacahan sudah baku sejak pelaksanaan SE96.
Tetapi untuk survei rumahtangga hal ini belum dibakukan. Walaupun konsep dasar dan
definisi dipertahankan sejak 1976, beberapa aspek tertentu dari pengumpulan data sangat
berpengaruh pada jawaban responden sehingga menyebabkan statistik ketenagakerjaan tidak
sepenuhnya berbanding menurut seri waktu atau lintas survei. Memang pertanyaan mengenai
jenis kelamin, umur, status perkawinan dan pendidikan sudah jelas dan tidak mungkin salah
intepretasi. Tetapi jawaban pada pertanyaan apakah seseorang bekerja atau mencari pekerjaan
tergantung dari bagaimana susunan kalimat petanyaan serta persepsi pewancara dan responden.
Terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia sangat kompleks. Batas antara bekerja dan
tidak bekerja disektor informal (yang mendominasi ekonomi Indonesia) sering tanpa dasar.
Demikian pula definisi mencari kerja, terutama mencari pekerjaan informal. Inkonsistensi ini
menjadi berlipat jika sample sangat besar, dengan banyaknya pencacah yang berlatar belakang
dan pengalaman berbeda. Dalam mewawancarai rumahtangga bukan saja konsep dan definisi
sangat penting tetapi juga urutan pertanyaan dan. bagaimana pertanyaan diajukan
Secara konsep sebenarnya tidak ada data statistik yang punya kebenaran mutlak. Hasil
survei sangat relatip tergantung dari rancangan dan organisasi pelaksanaan lapangan. Karena itu
usaha untuk terus memperbaiki pertanyaan untuk mendapatkan kebenaran hakiki tidak pernah
berhasil. Pada kenyataannya hanya menimbulkan fluktuasi data ketenagakerjaan yang tidak bisa
diterangkan. Pembuat kebijakan dan pengguna data tentunya lebih diuntungkan dengan data dari
satu sumber yang konsisten dan berbanding secara seri waktu daripada melanjutkan usaha yang
sia-sia untuk memperbaiki daftar pertanyaan untuk memperoleh kebenaran absolut. Memang
dalam periode tertentu dengan perubahan keadaan sosial-ekonomi penyesuaian harus dilakukan.
Perbandingan statistik ketenagakerjaan dari sumber yang berbeda lebih bermasalah. Data
Sakernas dan Susenas seharusnya berbanding karena Susenas untuk semester pertama dan
Sakernas semester kedua. Tetapi kedua survei tidak pernah menghasilkan angka yang berbanding.
Angka Susenas untuk tingkat pengangguran selalu lebih tinggi (Lihat Tabel 2).
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 29
Tabel 2
Perbandingan angka Tingkat Penganggura dari Susenas dan Sakernas
1997 1998 1999
Susenas (Pebruari) 5.14% 7.00% 6.43%
Sakernas (Agustus) 4.68% 5.46% 6.36%
Tentu salah satu alasan utama adalah kenyataan bahwa Susenas merupakan survei multi-tujuan
sedang Sakernas dirancang khusus untuk ketenagakerjaan. Tetapi satu alasan lagi adalah Susenas
memakai versi terakhir dari Sakernas. Karena itu Sakernas yang dilakukan pada bulan Agustus
seharusnya berbanding dengan Susenas yang memberikan angka Pebruari tahun berikutnya
Perbandingan bukan antara Susenas dan Sakernas dalam tahun yang sama.
B. Perbandingan Survei Establishmen dan Rumahtangga
Data ketenagakerjaan dari survei rumahtangga tidak dapat disejajarkan secara langsung
dengan data establishmen karena empat macam alasan. Pertama, pekerjaan ganda tidak tertangkap
dalam survei establishmen. Seseorang dalam survei establishmen mungkin tercatat lebih sekali
jika ia bekerja di lebih dari satu perusahaan, sedang dalam survei rumahtangga ia di anggap
sebagai bekerja pada pekerjaan utamanya. Ini merupakan satu sebab lagi jumlah pekerja dari
survei establishmen secara konsep lebih besar dari data yang diperoleh survei rumahtangga.
Kedua, orang yang bekerja pada bukan establishmen tidak tertangkap dalam survei establishmen,
tetapi tertangkap dalam survei rumahtangga. Ini menyebabkan jumlah pekerja menurut lapangan
usaha lebih tinggi yang dari survei rumah tangga dibanding yang dari survei establishmen. Ketiga,
definisi bekerja berbeda dikedua survei. Dalam survei runmahtangga seseorang dikatakan bekerja
kalau ia bekerja paling sedikit satu jam seminggu, sedang dalam survei establishmen definisi
pekerja umumnya didasarkan pada apakah orang tersebut ada dalam daftar gaji perusahaan tahun
itu. Ini juga kan menyebabkan jumlah pekerja lebih besar di survei rumahtangga. Dan yang
terakhir data sektoral juga berbeda karena dalam survei establishmen sektor sudah ditentukan
sebelumnya berdasarkan jenis produk/output, sedang dalam survei rumahtangga tergantung dari
intepretasi responden.
Perbedaan konsep tersebut diatas menghasilkan data yang berbeda tetapi masih bisa
diakurkan dan disejajarkan dalam satu peta. Data tersebut bisa dihubungkan dalam analisa
seperti yang dilakukan dalam penyusunsn Tabel Input-Output, yang memerlukan data kesempatan
kerja sektoral yang rinci, berupa jumlah pekerja dan orang-hari kerja. Tetapi yang terbaik adalah
mengakurkan pada tahap perencanaan dengan perbaikan dan penyederhaan metodologi yang
dipakai dalam kedua survei establishmen dan rumahtangga untuk mendapatkan hasil yang dapat
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 30
dihubungkan secara langsung. Aspek konsistensi data ini sangat penting untuk meningkatkan
kegunaan data. Usaha sungguh-sungguh harus terus dicoba untuk mengakurkan data
ketenagakerjaan ini.
C. Perbandingan Data Survei Rumahtangga dan Komunitas
Kesempatan kerja yang dilaporkan oleh informan dalam survei komunitas sangat
sederhana. Dalam banyak hal hanya memerlukan persepsi tentang jumlah yang bekerja dan
penganggur. Informasi lain yang dikumpulkan mungkin termasuk apakah seseorang bekerja di
pertanian, industri atau sektor lain. Tetapi walaupun pertanyaannya sesederhana, data yang
dilaporkan tidak berbanding dengan data survei rumahtangga, karena tidak mungkin bagi
informan untuk secara lisan menerapkan definisi yang dipakai survei rumahtangga. Yang bekerja
dan menganggur dalam pendekatan labor force seperti yang dipakai dalam survei rumahtangga
tidak dapat dikenali dengan jelas sehari-hari dilapangan. Sebagai contoh penganggur menurut
definisi adalah mereka yang mencari pekerjaan dan tidak bekerja sama sekali. Dalam kenyataan
lapangan secara awam penganggur adalah mereka yang tidak melakukan kegiatan apa-apa. Versi
terakhir ini biasanya yang mempengaruhi persepsi informan. Informan mungkin menyaksikan
bahwa banyak orang disiang hari tidak bekerja tetapi hanya berkumpul, bercanda, ngobrol dan
minum-minum. Karena itu mereka melaporkan tingkat pengangguran tinggi. Tetapi orang-orang
tersebut mungkin bekerja sedikit di sektor informal atau mereka tidak bekerja tetapi juga tidak
mencari pekerjaan. Menurut definisi mereka tidak boleh dianggap menganggur. Begitu pula
jumlah yang bekerja tidak berbanding dengan data dari survei rumahtangga. Karena diragukan
kalau informan dapat menangkap definisi baku bekerja paling sedikit satu jam seminggu. Mereka
yang bekerja secara marginal membantu disektor informal tidak memberikan impresi bahwa
mereka bekerja. Perbedaan ini tidak mungkin untuk diakurkan, tetapi bisa diminimalkan. Dan
seharusnya diusahakan supaya perbedaannya minimal karena umumnya data survei rumahtangga
sering digunakan untuk referensi. Tingkat pengangguran dalam desa atau kecamatan akan
dikatakan tinggi atau rendah didasarkan pada angka survei rumahtangga yang secara umum
sudah dipakai secara nasional atau regional. Untuk meminimalkan perbedaan ini informan haarus
diberi pedoman. Walaupun harus dijaga supaya tetap sederhana klasifikasi harus dibuat sama
dengan yang dipakai dalam survei rumahtangga. Sebagai contoh daripada 2 kategoti (bekerja dan
menganggur) bisa dikenalkan satu kategori lain bukan angkatan kerja. Dengan demikian
pengangguran secara konsep mendekati yang dipakai dalam survei rumahtangga. Tiga kategori
ini masih cukup sederhana untuk bisa dimengerti oleh informan yang biasanya mempunyai
pendidikan cukup tinggi.
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 31
V. STATISTIK KETENAGAKERJAAN YANG DIPERLUKAN
Sebuah ironi bahwa negara berkembang dengan sumber daya terbatas untuk mengatasi
masalah ketenagakerjaan memerlukan lebih banyak statistik, sedang negara maju dengan sumber
daya berlimpah hanya memerlukan sedikit statistik.Karena itu sangat perlu negara berkembang
menyeimbangkan kebutuhan data dan sumber daya yang tersedia. Data untuk memenuhi
kebutuhan segera dan urgen harus dipilih secara cermat. Penyediaan data harus pula dilakukan
secara effisien untuk menghasilkan data terbaik dan paling relevan untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi.
A. Pengukuran Perubahan Struktur
Ketenagakerjaan sudah sejak lama merupakan faktor penting dalam pembangunan
ekonomi Indonesia. Sering diperdebatkan apakah pembangunan ekonomi sebelum krisis berhasil
menyerap tenaga kerja berjumlah banyak sehingga bisa memperbaiki struktur ketenagakerjaan.
Apakah ada perubahan struktur yang berarti dari tumpuan pada pertanian beralih pada industri
dan jasa. Apakah sektor modern tumbuh cukup cepat dan bisa menyerap pekerja informal untuk
mengurangi tingkat setengah pengangguran. Beberapa malahan bertanya lebih lanjut apakah
ekonomi Indonesia sudah beralih dari surplus tenagakerja menjadi kekurangan tenaga kerja yang
ditandai dengan kenaikan upah riel. Setelah krisis kuat disarankan bahwa pembangunan ekonomi
selanjutnya harus lebih mendayagunakan sumber daya sendiri. Khususnya sumber daya manusia
harus dipakai secara efektip untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan perbaikan tingkat
kehidupan. Menurut alur pemikiran ini kebijakan pertumbuhan sektoral harus memperhatikan
kesempatan kerja, serta usaha kecil dan industri pertanian. direkomendasikan sebagai lokomotip
pembangunan Indonesia dimasa depan. Data ketenagakerjaan diperlukan untuk mendukung
kebutuhan merencanakan dan memantau hasil pembangunan ekonomi..
Kebutuhan akan statistik ketenagakerjaan struktural menjadi lebih kuat. Karena itu BPS
harus terus melanjutkan dan memperbaiki pengumpulan data ketenagakerjaan yang sekarang
didasarkan pada pendekatan labor force, yang mengklasifikasi penduduk umur kerja menjadi
bekerja, penganggur dan bukan angkatan kerja. Secara struktural penganggur akan meningkat
dengan modernisasi ekonomi. Dan sealur dengan modernisasi kesempatan kerja akan bergeser
dari rural ke urban, dan dari informal ke formal. Sukses pembangunan ekonomi dimasa depan
diduga akan mengubah komposisi status pekerja. Persentase pekerja sendiri dan pekerja tidak
dibayar akan menurun sedang proporsi pengusaha dan pekerja meningkat. Bekerja akan lebih
stabil, kurang dipengaruhi musim dan lebih produktip, dan karenanya bekerja ganda akan
berkurang. Pergeseran sektoral juga akan berlanjut dan pola perubahan akan tergantung pada
kebijakan pembangunan. Statistik ketenagakerjaan diperlukan paling tidak untuk mengamati
perubahan struktural ini.
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 32
B. Mengukur Fluktuasi Jangka Pendek
Disamping untuk mengamati perubahan struktural, statistik ketenagakerjaan juga
diperlukan untuk menggambarkan fluktuasi musim/bisnis karena ekonomi Indonesia masih
didominasi pertanian tradisional. Masalah kebijakan ketenagakerjaan yang harus dijawab, antara
lain, aspek ketenagakerjaan apa yang dipengaruhi oleh gerak musim, apakah intensitas kerja di
pertanian berbeda antara musim sibuk dan senggang, apakah kesempatan kerja pertanian menurun
selama musim senggang, bagaimana komposisi pekerja formal/informal, apakah pola musiman
berbeda menurut jenis kelamin, pendidikan dan ciri lain dari individu pekerja.
Data ketenagakerjaan juga diperlukan untuk memantau sedekat mungkin dampak krisis
ekonomi. Sangat penting untuk menjawab pertanyaan seperti berapa banyak orang kehilangan
pekerjaan, apakah pengangguran keseluruhan meningkat, apakah setengah pengangguran
meningkat, apakah intensitas dan produktivitas kerja menurun, apakah upah riel menurun, apakah
mereka berpindah dari daerah urban yang terparah kena dampak krisis ke daerah rural untuk
bekerja di usaha rumahtangga, sektor apa saja yang terkena krisis paling parah, bagaimana
rumahtangga dan masyarakat menanggapi penurunan kesempatan kerja. Selanjutnya dalam
periode pemulihan ekonomi indikator tersebutapa bisa menjawab pertanyaan pada arah yang
berlawanan, seperti berapa orang yang memperoleh pekerjaan baru, dan sebagainya.
Bahkan dalam situasi normal, indikator ketenagakerjaan lebih sering diperlukan untuk
memantau perkembangan dalam pasar kerja. Mengikuti permintaan dan penawaran tenaga kerja
dalam sektor modern sangat berguna untuk mengerti mekanisme dari penentuan upah dalam
sektor modern, yang selanjutnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan disektor informal. Pasar
kerja untuk seluruh ekonomi itdak dapat dimengerti tanpa mengetahui permintaan dan penawaran
kerja modern.
Kebutuhan untuk memantau perkembangan ketenagakerjaan jangka pendek sudah
mendesak. Tentunya diharap BPS dapat memenuhi permintaan data tersebut. Tetapi BPS harus
mengevaluasi data apa yang bisa dihasilkan dan yang tidak. Kemudian disusun prioritas berdasar
untung- ruginya dan adanya kendala dana. Sehingga keputusan kemudian bisa dibuat tentang
tindakan yang paling efektip.
C. Sektor Informal
Krisis ekonmi di Indonesia telah memunculkan kenyataan yang tak terbantah bahwa
sektor informal memainkan peranan menonjol dalam meredam dampak krisis. Banyak orang
menekankan kembali peranan penting sektor informal dalam mengakomodasikan tenaga kerja
yang sangat berlebih. Sektor ini dipercaya sebagai katup pengaman untuk meredam dampak
ketenagakerjaan dengan menampung pekerja pertanian yang bermigrasi kekota. Sektor ini
merupakan bagian terbesar dari ekonomi Indonesia sejak lama dan akan ada untuk waktu yang
lama dimasa depan. Karena itu data sektor ini harus terus dikembangkan dan diperbaiki.
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 33
Sekarang ini dua sumber data tersedia untuk menelaah sektor informal. Yang pertama
dari survei ketenagakerjaan rumahtangga (seperti Sakernas dan Supas) dan yang kedua dari survei
establishmen. Estimasi kesempatan kerja sektor informal dari survei rumahtangga diperoleh dari
informasi tentang status dan jenis pekerjaan. Pekerja sendiri (kecuali professional) dan dianggap
sebagai pekerja informal, sedang pengusaha dan pekerja/karyawan (kecuali pekerja pertanian)
diklasifikasi sebagai pekerja formal. Dengan demikian kesempatan kerja dapat dibagi menjadi
dua kategori (informal dan formal) dengan ciri yang berbeda. Estimasi pendapatan pekerja
diperoleh dari survei establishmen. Khususnya untuk sub-sektor manufaktur diperoleh dari Survei
Industri Kecil dan Rumahtangga. Establishmen mikro semuanya masuk sektor informal dan
datanya termasuk ongkos produksi, pengeluaran untuk tenaga kerja, jumlah dan ciri kelompok
kerja,serta struktur output, kapital, operasi bisnis, pemasaran dan partisipasi dalam program
pemerintah. Berdasarkan data pendapatan ini dilakukan penghitungan rata-rata pendapatan
kelompok pekerja yang berbeda. Walaupun angka perkiraan ini tersedia, sampai sekarang masih
kurang digunakan. Indikator lebih banyak dan lebih baikharusnya masih perlu disusun untuk
mengetahui perubahan dalam sektor informal.
D. Implikasi Otonomi Regional
Jenis data yang diperlukan dari BPS tentunya sangat tergantung dari keputusan pemerintah
tentang otonomi regional. Sampai sekarang belum diputuskan apakah kegiatan BPS dikecualikan
dari desentralisasi atau otonomi regional akan diberikan pada kantor statistik di daerah. Sekarang
ini produksi data statistik sangat tersentralisir, yang merupakan respon logis tehadap perencanaan
ekonomi yang terpusat masa lalu. Mengenai produksi data ketenagakerjaan dapat ditelaah dua
keadaan ekstrim dan jumlah tak terbatas skenario diantaranya. Satu ekstrim adalah otonomi penuh
dan ekstrim yang lain tetap mempertahankan sistem terpusat seperti sekarang.
Jika otonomi penuh diberikan pada kantor statistik regional, maka kantor statistik
didaerah utamanya akan lebih banyak memproduksi data statistik untuk kepentingan daerah, yang
akan memerlukan rancangan survei, implementasi dan pengolahan data yang independen.
Peranan dari kantor pusat BPS hanya akan terbatas pada kordinasi, pembakuan pengukuran dan
produksi statistik yang punya cakupan nasional. Ini akan punya implikasi dramatis pada fungsi
dan organisasi yang sulit diprediksi saat ini. Sebaliknya jika keputusan pemerintah memberikan
pengecualian pada BPS, maka BPS bisa melanjutkan memproduksi statistik nasional maupun
regional, dan sedapat mungkin harus membenahi prosedur pengumpulan data untuk
meningkatkan efisiensi untuk menghadapi kendala budget ketat.
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 34
REFERENCES
BPS, 1991. Pelatihan Petugas Pengumpul Data Statistik Distribusi 1991, Pedoman Pencacahan
Statistik Perhotelan, Jakarta, Indonesia.
BPS, 1998. Statistik Upah Triwulanan, and several quarterly publications for several years,
Jakarta Indonesia.
BPS dan Unicef, Survey Seratus Desa 1998, Pedoman Pencacah, Jakarta, Indonesia,
BPS, 1993. Survei Pendapatan Petani 1990, results of survey, Jakarta, Indonesia
BPS, 1993. Several manuals and questionnaires for the Agricultural Census and Surveys, Jakarta,
Indonesia.
BPS, 1994. Statistik Industri Kecil 1993, results from SKKR, Jakarta, Indonesia.
BPS, 1994. Statistik Industri/Kerajinan Rumahtangga, results from SKKR, Jakarta, Indonesia.
BPS, 1995. Struktur Ongkos Usaha Tani Padi dan Palawija, 1993, Jakarta, Indonesia.
BPS, 1996. A number of publications of results from the agricultural census and surveys covering
different sub-sectors and subjects, Jakarta, Indonesia.
BPS, 1996. Pedoman Pelaksanaan Lapangan Direktori Perusahaan, Sensus Ekonomi, Jakarta
Indonesia.
BPS, 1996. Pedoman Teknis Kantor Statistik Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya, Sensus
Ekonomi, Jakarta Indonesia.
BPS, 1998. Several manuals and questionnaires on different subjects from the Crisis Impact
Survey, Jakarta, Indonesia.
BPS and Unicef, 1998. Perkembangan Kesejahteraan Rakyat Desa, Hasil Survey Seratus Desa
1994 dan 1997 (Indikator per Desa), Jakarta, Indonesia, Book 1 and 2, August 1998.
BPS, 1998. Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan Hukum, Sektor Industri Kecil dan
Rumahtangga 1998, Indonesia, Jakarta, Indonesia. Also publications for other sectors.
BPS, 1998. Survei Usaha Terintegrasi, Panduan Pengawas/Pemeriksa (PMS), Jakarta, Indonesia,
September 1998. Also other publications on manual for Heads of Provincial and
Regency/Municipality Statistics Offices.
BPS, 1998. Laporan Survei Dampak Krisis Pada Tingkat Kecamatan di Seluruh Indonesia, in
cooperation with Forsd Foundation and the World Bank, Jakarta Indonesia.
BPS, 1999. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), 1999, Pedoman Pencacah, Jakarta,
Indonesia. Also previous interviewers manual for several years.
BPS, 1999. Laporan Survey Dampak Krisis Pada Tingkat Kecamatan di Seluruh Indonesia1998,
cooperation between and Ford Foundation and World Bank.
7 Juli 2000 Telaah Data Ketenagakerjaan
Laporan Pilihan STAT Project p. 35
BPS, 1999. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia, August, 1999, Jakarta Indonesia.
BPS,1999. Survei Usaha Terintegrasi 1999 (SUSI99), Pedoman Pengawas/Pemeriksa, Jakarta,
Indonesia Juni 1999. Also publications on interviewers manual and manual for Heads of
Provincial and Regency/Municipality Statistics Offices.
BPS, 1999. Several publications on results of the Crisis Impact Surveys, Jakarta, Indonesia.
CBS, 1996. Population of Indonesia, Results of the 1995 Intercensal Population Survey, Jakarta,
Indonesia, September 1996. Also previous publications of Supas for the years 1976 and 1985.
CBS, 1999. Statistik Kesejahteraan Rakyat 1999, Jakarta, Indonesia, February 1999. Also
previous publications of Susenas for the years 1992-1998.
ILO, 1990. Surveys of Economically Active Population, Employment, Unemployment and
Underemployment, an ILO manual on concepts and methods, ILO-Geneva, 1990.
ILO, 1998. Employment Challenges of the Indonesian Economic Crisis, UNDP, Jakarta,
Indonesia, June 1998.
Surbakti, Payung, 1995. Indonesia's National Socio-Economic Surve: a Continual Data Source
for Analysis on Welfare Development, CBS, Jakarta, Indonesia, March 1995.
Toto Sugito, dkk. Statistik Perhotelan dan Usaha Jasa Perjalanan Wisata, paper presented in
Seminar Nasional, Jakarta, Indonesia, No Date.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar